Chapter Tujuh

80.4K 10.2K 675
                                        

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, AKU AUTHOR YANG BERHUMOR RENDAH KEMBALI UPDATE.

KALAU MISAL PARTNYA GARING MAAF YA😭

AKU GAK BISA BIKIN ADEGAN NGAKAK.

KALAU MENURUT KALIAN CERITA INI RAME, KALIAN BISA REKOMENDASIKAN KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

SEMOGA CERITA INI BIS RAMAI KAYA ORANG-ORANG, AMIN.

SIAP BACA?

KALAU SIAP, GAS NGENG!

.
.

HAPPY READING
_____

Yang penting Halal aja dulu, masalah bikin cinta mah nanti-nanti aja, gampang!

Siang itu, setelah shalat Dzuhur seperti biasa Empat gadis itu berada di dalam asramanya untuk bersantai.

Di bagian ujung, Mitha tengah memijat kakinya sendiri yang serasa penat, gara-gara di hukum Azhar lari Tiga puluh kali putaran tadi. Kepalanya juga pusing.

"Dasar Tong jelek, Tong sinting, Tong semprul!"

Entahlah sudah berapa kali Mitha mengata-ngatai Gus Azhar sedari tadi.

"Udah Napa Mith, dia itu Gus, hati-hati," ujar Gina menegur.

"Iya Mith, benar kata Gina," sahut Azkiya membenarkan ucapan Gina.

Mitha menghembuskan napas dengan kasar. "Bodo amat, biarin aja, kesel aku, bayangin aja ustaz Ridho aja gak pernah hukum aku kaya gitu, paling mentok cuman di suruh nulis Asmaul Husna doang, lah Gus Azhar dia seenak jidat suruh aku lari-lari panas-panasan gitu. Skincare aku mahal tahu, mutihin muka lama, sekali menghitamkan nya sekejap," gerutu Mitha panjang kali lebar.

"Meskipun, Ustaz Ridho gak hukum kamu lari-lari, coba lihat nilai kamu belakangan ini, berapa?" tanya Azkiya

Mitha diam sejenak mencoba meng-ingat-ingat. "Kalau enggak salah, Enam Puluh Enam," balasnya santai, tanpa beban apapun.

"Astaghfirullah Mitha, itu nilainya rendah, kamu itu sebentar lagi kita lulus, masa kamu mau lulus dengan nilai yang rendah, nanti kamu masuk kuliah mana coba?" Kini Guna yang bertanya.

"Aku nanti kuliah sambil Nikah, jadi kalau mau masuk universitas bagus tinggal suruh suami ku yang nyogok Dosenya," balas Mitha asal.

"Menikah? Mpft----" Salsa menahan tawanya.

"Emang ada yang mau sama kamu? Bulu ketek panjang, suka ngupil, kentut bau, sendawa kaya bau jigong, siapa coba yang mau sama kamu?" tanya Salsa, entahlah pertanyaan nya seperti menghibul, menghina betul-betul.

"Ngaca!" sentak Mitha.

Salsa menaikan satu alisnya ke atas. "Ngaca apa? Kenapa?"

"Sekarang aku tanya, kamu kentut gak bau kah!"

Salsa menggeleng. "Gak, kentut ku tuh seharum semerbak bunga—"

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang