Chapter Tiga Puluh Satu

58.8K 7.3K 2.2K
                                        

Hi, Masya Allah Alhamdulillah sekarang aku bakalan konsisten update lagi, buktinya sekarang aku up lagi, khusus buat kalian yang terlope-lope😁🗿

Oh iya, habis Adnan tamat, aku mau buat cerita Azhar sama Mitha loh, kalian mau baca ga?

Jangan lupa follow Instagram:
@xylsaaa_
@adnantamfan_

***

Suasana sore ini terlihat ramai, para-para santri putri berkeluaran dari mushala secara berbondong-bondong, karena mereka baru saja selesai melaksanakan shalat ashar berjama'ah.

"Eh, aku duluan yaa... Mau langsung ke rumah, nanti aja sebelum Maghrib aku mampir ke asrama," pamit Azkiya kepada teman-temannya.

"Iya, aku juga duluan ya Ca, Gin," kata Mitha juga ikut berpamitan.

Salsa mendengus pelan. "Nyeee... Yang sudah punya ayang mah beda, dulu habis ashar sering ke kantin bareng, sekarang mah pengen ketemu ayangnya Mulu," ledeknya sembari menyenggol bahu Gina. "Ya gak Gin?" katanya pada Gina.

Gina hanya mengangguk kecil sambil terkekeh-kekeh.

Mitha mendengus pelan, sangat pelan, sampai tak ada yang mendengar. "Ayang apaan, di rumah adanya ayam, yang sering buat kesel," gerutunya dalam hati, mengingat Azhar yang sering sekali membuatnya kesal.

"Gak gitu Ca, aku pengen pulang cepet, biar bisa masak buat makan malam Gus Adnan, soalnya rencananya aku pengen buat opor," kata Azkiya menjelaskan pada Salsa kenapa dia ingin duluan pulang ke rumah.

Salsa mengangguk-angguk. "Oh, gitu... Kalau kamu Mith?  pulang ke rumah, pengen ketemu Gus Azhar yaaa, hayoo."

Cepat-cepat Mitha menggeleng. "Gak, oo—rang aku mau— aku sakit perut, dahh aku duluan," katanya tiba-tiba lalu lari meninggalkan Azkiya, Salsa, dan Gina.

Ketiganya hanya bisa geleng-geleng kepala.

" Aku duluan ya," pamit Azkiya lagi.

"Yaudah Ki, entar sebelum Maghrib ke asrama yah," sahut Salsa.

"Iya, Insya Allah, yaudah aku pamit, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

***

Saat Azkiya sudah berada tak jauh dari rumahnya, dari gerbang depan Adnan datang bersama dengan Azhar. Senyum dibibir Azkiya mengembang, dia senang, nanti saat masak pasti Adnan akan menemaninya.

Dari depan gerbang sana, Adnan yang tak sengaja menatap istrinya yang juga tengah menatapnya tersenyum hangat.

Melihat abangnya tersenyum seperti itu, Azhar mendengus. "Senyumnya kurang lebar bang," sindirnya iri. Iri karena abangnya Bucin terus YAA...

Reflek Adnan memukul lengan Azhar pelan. "Suka-suka Abang lah, orang senyum ke istri sendiri. Kok kamu ngiri, lagian acara akad pake segala kabur, kabur tuh pakai strategi, bukan kabur asal kabur kaya gitu, ga aesthetic banget."

Azhar mengerutkan keningnya. "Abang dukung aku kabur?"

Lagi-lagi Adnan memukul lengan Azhar. "Ya enggak lah! Ngapain dukung kelakuan gila kamu kaya gitu!"

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang