7. Tragedi Sandal Jepit

13.8K 1.3K 6
                                    

"Kecantikan bukan terletak pada pakaian yang dipakai, tetapi ia bergantung pada keelokan akhlak dan budi pekerti."
(Ali bin Abi Thalib)
-2RC-

...

Aroma pagi begitu terasa, menemani perjalanan panjang yang akan membawa mereka pada suatu tempat. Jauh di sana, kegiatan halaqoh semesteran akan bermula. Seharusnya ia bahagia, tapi kenyataannya tidak. Rasanya hambar.

Gadis itu termenung. Lewat jendela bis, ia bisa melihat pohon-pohon lebat dengan daunnya yang tampak serupa. Entah karena Tak ada yang menarik untuk dilihat, atau hatinya yang sedang bermasalah. Ia tidak tahu.

"Zahra. Kamu kenapa?" Suara itu berhasil membuatnya kembali dari alam bawah sadar.

"Aku gapapa Syifa," ucapnya sembari menyunggingkan senyum. Zahra hanya tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir.

"Beneran? Kalau gitu baca dulu, jadwal kegiatannya." Zahra mengangguk, kemudian mengambil selembar kertas dari tangan sahabatnya. Sementara Syifa, gadis itu kembali membagikan selembaran kepada peserta lain.

Zahra membacanya sekilas, sebelum melipat dan memasukannya ke dalam tas. Bukan ia tidak berniat untuk ikut acara ini. Zahra sangat berniat. Hanya saja, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa kosong. Merasa ada yang kurang. Sepertinya karena sosok itu tidak terlihat batang hidungnya.

Benar, dia. Pria yang hari ini tidak bisa hadir karena abinya masih belum sadarkan diri.

...

"Generasi muda tidak hanya harus cerdas, tapi harus juga beriman. Karena apa? Iman adalah diibaratkan akar pohon kelapa. Dari akar keyakinan itu tumbuhlah seribu manfaat."

"Begitupun generasi Islam. Dengan iman tumbuhlah khalifah sedermawan Abu Bakar As-Sidiq, sekuat Umar bin Khatab, setangguh Utsman bin Affan, dan seshalih Ali bin Abi Thalib."

"Lalu bagaimana dengan wanita? Dengan iman lahirlah wanita-wanita sesetia Khadijah binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar, maupun seshalihah Fatimah binti Muhammad."

"Wanita juga tidak lemah. Buktinya jika di kalangan laki-laki ada Khalid bin Walid yang dijuluki pedang Allah Swt. Maka Khaulah bin Anzur adalah pedang Allah dari kalangan wanita. Selain itu, ada juga Nusaibah bunti Ka'ab, perisai Rasulullah Saw. Wanita tangguh yang melindungi Rasulullah di Perang Uhud."

Suara tegas pria bersorban itu menyulut semangat. Sungguh, generasi muda Islam memang harus mempunyai iman.

Zahra menghentikan tarian bolpoinnya kemudian melirik arloji, masih pukul delapan malam. Tatapannya beralih pada selembar berisi jadwal kegiatan. Jika ia tetap menunggu sampai selesai, rasanya tidak mungkin.

Sebenarnya ia masih ingin mendengarkan kajian malam. Namun, ia sudah tidak bisa menunggu.

"Syifa." Gadis itu menghentikan kegiatan menulisnya. Begitupun gadis bawel di sampingnya yang juga ikut menoleh. Siapa lagi jika bukan Ainun.

"Iya, ada apa Zah?" Syifa menoleh, seulas sabit tak pernah hilang darinya.

"Aku izin ke toilet bentar ya."

"Gak mau nunggu coffe break dulu? Mau aku anter gak?" Belum sempat menjawab, Ainun sudah lebih dulu menimpali.

"Biar Ai aja yang anter ya Mbak Zahra," ucapnya dengan semangat. Dari gelagatnya gadis itu terlihat mencurigakan, sepertinya ingin keluar untuk mencari udara segar. Ada-ada saja Ainun ini.

Dua Rakaat CINTA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang