>Happy reading<
"STOPP!!"
Mereka berdua spontan menghentikan bogeman, lalu beralih menatap gadis yang berjalan menghampiri mereka.
"Kenapa berantem?!" tanya gadis itu kepada Anantha.
"Mereka nyari gara-gara duluan!" Anantha menunjuk Alvaro dkk membuat mereka ber-empat menjadi tidak terima. "Yang ada lo duluan mukul, Al!" sahut Devan.
Tidak memperdulikan ucapan Devan, gadis itu menarik tangan Anantha menuju UKS dengan wajah khawatir. Alvaro menatap kepergian mereka dengan tatapan tidak percaya.
"Itu anak baru yang lo bilang bukan sih?" tanya Reyhan kepada Devan.
"Iya, itu anaknya."
"Lo bertiga ikut gue!" perintah Alvaro.
"Kemana?" tanya Reyhan.
"UKS."
"Mau ngapain lo?"
"Ga usah banyak tanya!"
Ketika sudah berada di pintu UKS, pandangan mereka tertuju kepada gadis yang tengah mengobati Anantha dengan telatan. Alvaro yang melihatnya kini sudah mengepal tangan kuat. Lantas Alvaro memasuki ruangan tersebut, lalu mendudukan diri di kasur sebelah Anantha.
"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya sinis Anantha.
"Emang cuma lo yang boleh ke UKS?!" ucap Alvaro tak kalah sinis.
"Dev," panggil Alvaro.
"Obatin gue!"
Devan melototkan mata membuat Alvaro menatapnya tajam. "Gu—"
"Cepet!" potong Alvaro.
Dengan cepat Devan mengambil suntikan di kotak p3k, lalu mengarahkan ke Alvaro. "Lo ngapain mau suntik gue?!" desis Alvaro.
Devan menggaruk tengkuk dengan cengirannya. "Gue mana ngerti masalah ginian."
"Rey, mending lo aja yang ngobatin gue!" suruh Alvaro kepada Reyhan.
"Gitu aja lo ga bisa," sindir Reyhan kepada Devan.
Lelaki berseragam putih abu-abu tersebut mengambil perban dari kotak p3k di tangan Devan lalu memakaikannya di kepala Alvaro. "Kenapa lo perban kepala gue pe'a?!"
"Dan, lo harapan gue yang terakhir. Jangan ngecewain gue," ucap Alvaro kepada Zidan dengan tatapan memohon.
Zidan menghela nafas kasar, ia mengambil paksa kotak p3k dari tangan Devan, kemudian mulai meneteskan betadine di kapas lalu mengobati pipi Alvaro yang sudah menunjukan ungu lebam. Tidak lupa ia juga menekan sedikit pipi sehingga lelaki tersebut meringis kesakitan. "Ga usah kasar dong!"
"Banyak mau lo!"
"Kita pergi aja." Anantha menarik tangan gadis di hadapannya lalu pergi meninggalkan mereka berempat dengan wajah songong.
Ketika Anantha sudah hilang dari penglihatan Alvaro, ia menepis kasar tangan Zidan lalu merebahkan diri pada salah satu tempat tidur yang ada di sana.
"Ternyata cantik juga tu cewe. Mau gue gebet ah!" ujar Devan.
"Langkahin dulu mayat gue!" ucap dingin Alvaro.
"Wah, udah ada benih-benih kecambah nih," timpal Reyhan.
"Cinta, dodol!" koreksi Devan.
"Nah iya, itu maksud gue,"
"Tapi di liat-liat emang cantik sih itu cewe."
"Lo mau gue bogem juga kayak Anantha?!" ancam Alvaro membuat Reyhan bergelidik ngeri.
"Bercanda, Al."
"Rey," panggil Alvaro.
"Oitt?"
"Besok kasi tau gue informasi tentang tu cewe dan apa hubungan dia sama Anantha!"
"Siap bos!!"
"Inget, ngestalk mereka! Jangan ngestalk mantan!" tegur Devan.
"Sorry, gue ga pernah ngestalk mantan!"
"Halah! Gue nemuin foto-foto Alin di galeri lo, di whatsapp chat kalian masih ada dari awal kenalan sampe putus, history facebook lo penuh dengan akun Alin waktu jaman alay-alaynya, history twitter lo masih banyak username nama Alin, tik tok lo juga banyak nyimpen video Alin dari jaman SD sampai sekarang, dan jangan lupa history instagram lo banyak tertera nama akun Alin yang masih pake bio unfoll? Block! Follback? Dm!" ucap Devan panjang lebar membuat Alvaro melongo tidak percaya.
"Serem juga pacaran sama lo," kata Alvaro yang masih melongo tidak percaya.
"Ga usah nyebar hoax deh lo!" bantah Reyhan menatap tajam Devan.
"Mau bukti?"
"Ga!"
"Takut kan lo!"
"Kita bolos di UKS?" tanya Zidan mengalihkan topik.
"Boleh tuh! Biar bisa tidur-tiduran juga bro," ucap Devan yang ikut membaringkan tubuh di sebelah Alvaro hingga lelaki tersebut terjatuh ke lantai karena kesempitan.
Alvaro mendengus kesal. "Lama-lama gue cincang tubuh lo, Dev."
♡
"Woi, Al. Liat tuh si kang cepu." Reyhan menunjuk ke arah Anantha yang tengah membonceng seorang gadis yang tadi mengobatinya. Mendengar hal itu, tangan Alvaro mengepal kuat. Seperti ada rasa tidak terima melihat Anantha bersama gadis tersebut.
"Aduh, ada yang panas nih," sindir Devan seraya mengipasi wajah dengan tangannya.
"Mundur aja, Al. Udah di gebet duluan sama kang cepu tuh," ujar Reyhan.
"Yang kita lihat belum tentu itu bener. Jangan asal nyimpulin!" tegur Zidan.
"Noh, denger kata babang Zidan!" sahut Devan.
"Mau ikut ke apart ga, lo pada?" tanya Alvaro mengalihkan topik namun di dalam hati ia sudah menyumpahi Anantha dengan berbagai macam harapan buruk seperti jatuh kepeleset salah satunya.
"Hayuu gas nguengg!!" ucap serempak Reyhan dan Devan.
Ketika ingin menghampiri mobil, Alvaro tidak sengaja menginjak kulit pisang sehingga ia jatuh tersungkur ke bawah. Bukannya membantu, Reyhan dan Devan malah menertawakan Alvaro. Berbeda dengan Zidan, ia menjulurkan tangan kepada lelaki tersebut, namun ia juga ikut tertawa kecil membuat Alvaro menjadi kesal sendirinya.
"Gue doain kalian juga ikutan kepleset kayak gue!" ujar Alvaro kepada tiga temannya.
Baru lima langkah, Alvaro kembali terjatuh kebawah karena terpleset tali sepatu. Mereka bertiga lagi-lagi menertawakan Alvaro. Apes banget hidup gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...