17 - HARI TAK TERLUPAKAN

3.3K 276 16
                                    

>Happy reading<

Pagi-pagi Alvaro sudah menghampiri Zia yang tengah berjalan sendiri di koridor dengan airpods di telinganya. Gadis itu masih belum menyadari kehadirannya. Ia malah asik dengan airpods sehingga Alvaro menjadi kesal sendirinya. Lelaki tersebut memberanikan diri membuka suara dengan dehaman. Zia yang baru menyadari kehadiran Alvaro langsung melepas airpods pada telinganya.

"Asik banget kayaknya dengerin musik, sampe ga sadar gue udah di sebelah lo," sindir Alvaro.

"E-eh, sorry."

Lelaki tersebut mendekatkan diri ke telinga gadis di sebelahnya. "Jangan lama-lama dong ngegantungin gue. Awas nanti gue di ambil orang," bisiknya.

Mendengar hal itu, Zia justru terkekeh pelan. "Emang ada yang mau sama lo?"

Senyum miring terbit di wajah Alvaro. Tidak tau saja gadis ini jika Alvaro sudah menebar pesonanya, semua anak perawan akan menjerit memanggil namanya dengan pujian. "Siapa sih yang ga mau sama gue. Lo aja terkesima kan sama ketampanan gue?"

"S-siapa bilang?" ucap gugup Zia.

"Gue."

"Ga usah pede!"

"Zi," panggil Alvaro lagi.

"Hm?"

"Jangan lama-lama mikirnya. Nunggu itu ga enak. Emang lo beneran mau kalau gue di ambil sama orang?"

"Ya bagus dong!"

"Lo ga cemburu?"

"Ga."

"Yakin? Awas nanti lo cemburu!"

"Ga akan!"

"Berani taruhan?"

"Taruhan apaan sih, minggir, ah! Gue mau ke kelas," kesal Zia.

Gadis berambut panjang tersebut mendorong pelan bahu Alvaro yang berada di hadapannya, kemudian ia pergi meninggalkan lelaki tersebut sendiri di koridor.

"Liat aja, Zi. Gue bakal buat lo luluh sama gue," gumam Alvaro menatap kepergian Zia.


Suasana koridor kelas XII IPS sangat sepi. Zia melangkahkan kaki menyusuri koridor dengan buku di tangannya. Tidak lupa airpods juga ia pasangkan di telinganya. Baru beberapa langkah, matanya tidak sengaja menatap seorang lelaki yang tengah menggandeng seorang gadis yang Zia tidak tau namanya. Melihat hal itu, matanya terasa panas. Rahang wajah mengeras dan kedua tangannya sudah mengepal kuat. Ada rasa tidak terima ketika melihat Alvaro tengah menggandeng cewe lain. Tidak ingin melihatnya lebih lama, Zia memalingkan wajah, lalu beralih pergi menuju rooftop.

Setibanya di rooftop ia tidak sengaja melihat Alexa yang tengah bersenderan di dinding. Lantas ia ingin melangkah pergi, namun di tahan oleh Alexa.

"Tunggu," ucapnya.

Zia menghentikan langkahnya. Kepalanya menoleh ke arah Alexa. Gadis itu menghampirinya membuat Zia menjadi ketakutan. Pasalnya ia tidak bisa terlalu bergaul dengan orang yang baru ia kenal. "Lo Zia kan?" tanya Alexa.

"I-iya," jawab gugupnya.

"Astaga, ga usah takut gitu. Muka gue emang nyeremin ya?"

"Eh, e-engga kok."

"Ayo sini, ikut gue." Alexa menarik tangan Zia menuju kursi yang berada di sana. Setelah itu mereka berdua mendudukan diri dengan Zia yang sudah menatap ketakutan ke arah gadis di sebelahnya. Lantas Alexa juga ikut menatap aneh ke arah Zia. "Lo kenapa ketakutan gitu deket gue?"

Alzia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang