>Happy reading<
Seorang lelaki tengah berjalan menyusuri koridor dengan gadis di sebelahnya. Mereka berdua tiada henti tanpa berdebat di sepanjang berjalan, untungnya tidak ada orang yang berada di sana.
"Gue mau ke ruang Osis. Sana gih lo ke alam baka!"
Reflek Zia menjitak kepala Anantha dengan tangannya. "Mulut lo mau gue sobek?"
"Halah, bareng gue doang lo banyak bocat. Coba di depan orang lain, diem kan lo?"
Sedari dulu Zia memang lebih terbuka kepada Anantha—sahabatnya dari kecil. Selain itu, rumah mereka juga bersebelahan sehingga Anantha sudah ia anggap sebagai kakak sendiri, walaupun sering tidak pernah akur. Zia tipikel orang yang susah untuk bergaul dan dirinya tidak suka berada di tempat keramaian.
"Lo ngehina gue?" geram Zia berkacak pinggang.
"Gue cuma ngomong secara fak—"
"Nyenyenye," potong Zia.
"Sana lo pergi!"
Anantha bersedekap dada. "Tanpa lo suruh juga gue bakal pergi. Ogah gue deket-deket sama kebo kayak lo!"
Ingin mencakar wajah Anantha, namun cowo itu sudah lebih dulu kabur darinya. Zia hanya menggeleng kepala, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas. Tidak lupa sebelum itu, ia memasangkan airpods pada telinganya. Di tengah perjalanan, tiga cowo mencegatnya dan ia yakin itu adalah orang kemarin yang mengganggunya di kantin.
"Mau kemana neng?" tanya Rizki, pria yang mengajak kenalan kemarin padanya.
"Minggir!"
"Galak juga lo ya,"
"Kenalan dulu dong cantik."
"Kenalan sama gue aja gimana?" Alvaro menghampiri mereka dengan senyum smirk di wajahnya.
Lantas ketiga pria itu tersentak kaget melihat Alvaro yang sudah berada di hadapan mereka. "Lo kenapa sering ikut campur urusan kita sih, Al," kesal Rizki.
"Lo gangguin dia." Alvaro menunjuk ke arah Zia. "Sama juga lo berurusan sama gue!"
"Dia siapa lo? Cewe lo? Ga kan? Ga usah ikut campur deh lo!"
Kini tangan Alvaro sudah mengepal kuat, memperlihatkan urat di sekitar leher dan tangan. Rahangnya juga sudah mengeras sehingga kedua teman Rizki memundurkan langkah ketakutan. Alvaro melangkah maju, kemudian memberikan pukulan maut tepat di pipi kanan Rizki. Menarik kerah seragam lelaki itu, Alvaro memukul perut Rizki berkali-kali sehingga darah keluar dari mulut lelaki tersebut. Tidak ingin diam saja, Rizki ikut membogem wajah Alvaro sehingga darah mengalir di sekitar bibir lelaki berseragam putih abu-abu tersebut. Mereka berdua saling memberikan pukulan membuat Zia memundurkan langkah. Ia menutup kedua telinga dengan tangannya. Gadis itu terduduk lemas di lantai seraya mengeluarkan tangis ketakutan.
Rizki sudah terkampar lemah di bawah lantai sembari melipat tangan seperti orang memohon. "A-ampun, Al. Gue ga bakal ngeganggu itu cewe lagi," ucapnya dengan nafas terengah-engah.
"Akhh!!"
Alvaro menoleh kearah Zia yang sudah terduduk lemas di lantai sembari menutup telinga. Ia menatap tajam ke arah lelaki di hadapannya. "Sampe gue liat lo ngeganggu dia lagi, habis lo di tangan gue!" Setelah mengucapkan hal itu, Alvaro menghampiri Zia, lalu menggendongnya menuju UKS.
"Lo kenapa?" tanya Alvaro ketika sudah membaringkan Zia di tempat tidur UKS.
"G-gue ga papa."
"Al," panggil Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...