Rasanya sangat sakit jika di kecewakan oleh seseorang yang kita pikir tidak akan pernah mengecewakan kita.
—Zia Agatha Zemora—
Sinar orange yang menyilaukan mata di tambah suara ombak terdengar indah di raungan telinga. Kedua sejoli remaja tersebut kini tengah berada di tengah-tengah pasir pantai sembari menatap indahnya senja di atas awan putih.
Seorang gadis dengan rambut tergerai itu menutup kedua kelopak mata—menikmati angin yang menerpa wajahnya.
Sedari tadi Alvaro tidak henti-hentinya menatap seluruh sudut wajah kekasih yang kini duduk di sebelahnya.
Menyadari di tatap. Zia membuka kedua kelopak mata, kemudian beralih menatap lelaki di sebelahnya dengan senyum tipis. "Kenapa ngeliatin aku?"
"Ga," ucapnya ketus.
Tadi siang, Zia memang meminta kekasihnya untuk mengajaknya pergi ke pantai tempat pertama kali mereka kunjungi. Selama awal perjalanan sampai setibanya mereka di pantai, wajah Alvaro terlihat sangatlah datar. Zia berusaha positif thinking. Mungkin ada masalah yang tidak bisa lelaki itu ceritakan.
Pandangannya tidak sengaja menatap ke arah pedagang wanita paruh baya yang menjual berbagai macam aksesoris perhiasan. Ia menghampiri penjual itu tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada kekasihnya. Sementara Alvaro, ia hanya menatap kepergian Zia dengan wajah datarnya.
Selang beberapa menit, gadis dengan rambut terurai itu mendatangi Alvaro dengan membawa dua gelang couple.
"Sini tangan kamu." Zia menarik tangan kanan Alvaro kemudian memasangkan gelang dengan motif boneka teddy bear yang menjadi salah satu boneka favoritenya sedari kecil.
"Nanti aku di ketawain sama temen-temen aku kalau pake gelang ini, Zi." Alvaro hendak melepas gelang di tangannya namun di urungkan ketika melihat mata kekasihnya yang sudah berkaca-kaca menatapnya.
"Iy-iyaa ini aku pake," ngalahnya dengan wajah terpaksa.
Mendengar hal itu, Zia mengembangkan senyuman. Ia beralih menyodorkan tangan kanannya kepada lelaki di hadapannya. Lantas lelaki tersebut menaikan sebelah alis tanda tidak mengerti.
"Mau di pakaiin juga," pintanya.
Dengan wajah datar, Alvaro memasangkan gelang yang tadi di beli Zia itu ke tangan mulus milik gadisnya. Ketika dirinya sudah selesai memasangkan gelang, Zia mengecup sekilas keningnya dengan senyum lebar.
"Thankyou!!" ucapnya.
"Hm," jawab singkat Alvaro.
Zia mendudukan diri bersebelahan dengan Alvaro, lalu kembali fokus dengan pemandangan di depannya. "Al, kalau kita udah punya anak, aku pengen ngajak anak-anak kita kesini," ucap Zia tanpa melepas pandangannya dari langit senja yang mengindahkan mata di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...