60 - ALZIA AND RAIN

5.8K 190 81
                                    

Kamu adalah kenangan manis yang sulit untuk dilupakan.
—Agatha Zia Zemora—

Hai guys, kalau emang ga kuat bacanya lagi yaudah stop aja ga papa. Tapi author mohon tolong baca kata-kata di akhir part biar ga ada salah paham. Thankyou!

Beberapa tahun kemudian, Zia mulai bisa menerima Anantha. Kini mereka sudah di anugrahi dua anak perempuan. Cita-citanya untuk menjadi seorang dokter sudah terwujud. Tidak mudah bagi Zia untuk melewati ini semua. Banyak rintangan yang harus ia lalui.

"Bunda," panggil seorang perempuan berkisaran umur enam tahun menghampiri Zia yang tengah mengaca di cermin kamarnya.

Wanita paruh baya tersebut menoleh ke arah belakang. Ia tersenyum tipis. "Anak Bunda udah bangun? Ayo sini peluk Bunda." Zia melentangkan tangan ke arah anak itu.

Lantas anak perempuan yang di maksud Zia berlari kecil menghampirinya, kemudian memeluknya erat. "Rain mau main hujan," pintanya dengan kedua sudut mulut melengkung ke bawah.

"Ga boleh, Rain! Kamu nanti sakit lagi. Mau di suntik dokter, hm?"

"Kan, Bunda dokternya."

"Nanti Bunda panggil temen Bunda yang tubuhnya gede buat nyuntik kamu. Mau?"

Rain menggeleng kuat. "Rain ga mau, Bunda."

Dari arah pintu, seorang pria datang dengan membawa anak perempuan di gendongannya. "Kamu udah siap?" tanya Anantha kepada Zia.

"Mami sama Papi mau kemana?" Alzia menatap kedua orang tuanya bergantian.

"Mami sama Papi mau ketemu seseorang, Za," balas Anantha.

Alzia kerap di panggil Zaza. Ia berusia tujuh tahun, setahun lebih tua dari Rain. Sifatnya sama persis dengan Anantha. Namun matanya sangat mirip dengan Alvaro. Ketika Alzia lahir, Zia sangat terkejut dengan mata gadis itu. Selama dirinya berada di dekat Alzia, ia merasakan Alvaro berada di dekatnya.

Rain, anak kedua dari Anantha dan Zia. Jika Alzia mempunyai sifat yang sama seperti Ayahnya. Maka Rain memiliki sifat sama seperti Bundanya. Bisa di bilang Rain itu adalah cerminan dari Zia yang dulu. Sifatnya sangat cuek dengan sekitar. Ia menyukai hujan. Di tengah-tengah hujan, biasanya ia selalu menikmati dengan sebuah lagu.

Nama mereka adalah nama yang di usulkan Alvaro ketika masih hidup. Awalnya Alvaro ingin memberikan nama itu kepada anaknya dan Zia kelak. Namun tuhan berkata lain.

"Zaza mau ikut, boleh?" pinta Alzia dengan boneka teddy bear pemberian Alvaro dulu kepada Zia di tangannya.

Sedari dulu Alzia memang selalu tidak bisa jauh dari boneka teddy bear berukuran besar tersebut dari tangannya. Dulu ketika Alzia berusia dua tahun, gadis itu terus menerus merengek setiap malam. Teringat akan suatu hal, Zia memberikan boneka pemberian Alvaro ketika masih hidup itu kepada anaknya. Anehnya Alzia menjadi diam ketika Zia memberikan boneka itu. Hingga sampai saat ini gadis tersebut tidak bisa lepas dari boneka teddy bear berwarna coklat itu.

Anantha melirik Zia. Sementara gadis itu hanya membalas dengan anggukan. Mungkin ini lah saatnya ia mengenalkan Alvaro kepada anak-anaknya. Pasalnya dulu, ketika mereka masih kecil, Zia selalu menceritakan tentang Alvaro kepada mereka. Tentu saja kedua gadis tersebut sangat ingin menemui lelaki yang selalu di ceritakan oleh Bundanya.

"Zaza sama Rain mau ikut?" tanya Zia kepada kedua anaknya itu.

Mereka berdua mengangguk semangat. Lantas Zia tersenyum tipis melihat itu. "Yuk, siap-siap dulu."

Alzia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang