05 - ZIA AGATHA ZEMORA

6.5K 414 7
                                    

>Happy reading<

Setelah insiden kemarin, Alvaro menjadi tidak tenang sebelum mengetahui identitas gadis tersebut dan apa hubungannya dengan Anantha. Kini ia sudah berjalan sendiri di koridor menuju kelas. Seperti biasa, banyak wanita menatap histeris ke arahnya. Dengan tas yang hanya berisi satu buku tulis, Alvaro memasuki kelas, kemudian mendudukan diri di kursi samping Zidan. "Kenapa lo?" tanya Devan membalikan badan ke belakang.

Posisi bangku mereka saat ini, Alvaro dan Zidan yang duduk di bangku paling belakang dengan Reyhan dan Devan di depan mereka. Alvaro sengaja memilih duduk di paling belakang agar bisa leluasa tidur ketika jam pelajaran.

Bukannya menjawab pertanyaan Devan, Alvaro mengangkat kaki ke atas meja seraya melipat tangan di depan dada.

"Eh btw gue udah dapet informasi tentang mereka berdua." Ucapan Reyhan mampu membuat Alvaro tersenyum antusias.

"Kemarin gue ngestalk itu cewe dari instagram Anantha. Kalau ga salah namanya Agatha Zia Zemora, biasanya di panggin Zia. Kayaknya sih mereka sahabat. Soalnya pas kemarin gue ngestalk akun lama facebook Anantha ada foto mereka berdua waktu kecil, terus captionnya 'best friend forever'. Dari informasi siswa-siswa disini, Zia dulunya homeschooling dan ini first time dia sekolah kayak kita-kita gini. Oiya satu lagi, dia anak baru dari kelas XII IPA 2," jelas Reyhan.

"Berarti satu angkatan bareng kita dong?" tanya Devan dan di balas anggukan oleh Reyhan.

Kedua sudut mulut Alvaro terangkat ke atas membentuk senyuman. Dari arah pintu, seorang gadis memasuki kelas dengan membawa kertas di tangannya. "Karena hari ini ada rapat ruang guru, selama satu hari penuh kita free kelas."

Mendengar hal itu banyak siswa berteriak histeris dan ada juga yang melompat kegirangan di atas meja.

"Dev,"

"Apaan?"

"Ambilin gitar di ruang musik gih," perintah Alvaro.

"Mager gue. Si Rey aja suruh noh!"

Reyhan yang di sebut-sebut melotot tidak terima. "Kok jadi gue?!"

"Lo kan jarang di jadiin babu."

"Ga! Gue ga mau!" tolak Reyhan.

"Din," panggil Alvaro memanggil Udin—teman sekelasnya.

Udin menghampiri gerombolan mereka dengan wajah ketakutan. "K-kenapa, Al?"

"Ambilin gitar di ruang musik!" suruh Alvaro.

"O-oke!"

Kini Udin sudah pergi meninggalkan mereka berempat dengan tubuh bergetar. "Si Udin tubuhnya tremor atau gimana tuh?" tanya Devan menatap kepergian Udin.

"Biasalah. Dia takut sama gue," ucap pede Reyhan.

"Dih, gaya lo!"

"Lo jadi mau deketin Zia?" tanya Zidan kepada Alvaro.

"Hm."

"Nanti nangess," sindir Devan.

"Bilang apa lo barusan?!"

"E-eh bercanda bro."

"Si Udin ngambil gitar lama bener," keluh Reyhan.

Selang beberapa menit akhirnya Udin menghampiri mereka dengan membawa sebuah gitar di tangannya. "Lama bener lo, Din!" protes Reyhan.

"M-maaf," cicitnya.

Alvaro merampas kasar gitar di tangan Udin, lalu ia beralih menatap tajam ke arah cowo di hadapannya. "Ngapain lo masih di sini?!"

Alzia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang