>Happy reading<
"Beliin gue nasgor satu," perintah Alvaro pada Zia.
Suasana kantin saat ini lumayan sepi. Hanya ada mereka berdua yang berada di kantin sehingga Zia tidak perlu memakai airpods lagi di telinganya.
"Punya kaki kan?"
"Oh, lo lupa sama kesepakatan kita?" Alvaro mendekatkan diri namun di dorong oleh Zia. "Okey, gue pesenin!" putusnya.
"Dua deh," tambah Alvaro.
"Rakus banget!"
"Itu buat lo!"
"Gue ga makan."
"Ga. Lo harus makan!"
"Tap—"
"Ga ada penolakan!"
Selang beberapa menit akhirnya Zia datang dengan membawa dua piring nasi goreng ke meja Alvaro. Karena terinjak tali sepatu, Zia hampir terjatuh namun dengan cepat Alvaro menahannya. Satu piring yang di bawa Zia pecah sehingga gadis tersebut menjadi merasa bersalah. "G-gue nanti gantiin uang lo."
"Ga usah."
"Gue yang maksa, Al."
"Gue bilang ga usah, ya ga usah!"
Gadis itu menghela nafas panjang. "Ya udah, iya!" ngalah Zia.
"Cepet makan keburu bel," suruh Alvaro.
"Itu lo aja yang makan."
"Gue udah makan, lo aja."
"Gue juga udah makan, Al. Mending lo aja."
"Makan berdua aja."
Zia membulatkan mata. "Makan berdua?" beonya dan di balas anggukan oleh Alvaro.
Tanpa persetujuan dari Zia, lelaki tersebut menyuap paksa nasi goreng ke mulut gadis yang kini berada di sebelahnya. Sebenarnya ia bisa membeli nasi goreng satu lagi untuknya, namun ia lakukan itu dengan sengaja agar bisa lebih dekat dengan Zia.
"Gwue bwisa swendiri!"
"Telen dulu baru ngomong!"
"Iywa-iywa!"
"Suapin gue dong, Zi," pinta Alvaro.
"Manja!"
Alvaro menurunkan kedua sudut mulut membuat Zia gemas sendiri melihat cowo tersebut. "Iya deh, sini deketin mulut lo."
Lelaki berseragam putih abu-abu tersebut mendekatkan wajah sehingga Zia bisa merasakan deru nafas Alvaro. "Gak sedeket itu juga kali!"
"Maunya deket kayak gini terus," rengek Alvaro.
"Mau gue gampar, hah?"
Alvaro menjauhkan wajahnya dari Zia. "Dasar cewe galak!"
"Ga usah banyak protes, nih makan!" Zia menyodorkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Alvaro. Dengan senang hati lelaki tersebut menerimanya.
"Lo juga makan." Alvaro menyodorkan sendok ke mulut Zia seperti orang tua yang ingin menyuapi anaknya dengan gaya pesawat.
"Hekhem, ada yang bucin nih," sindir Reyhan menghampiri meja mereka. Bukan hanya Reyhan namun Zidan, Devan dan satu gadis yang Zia tidak tau namanya.
"Cewe di sebelah lo itu siapa sih, Dev?" tanya Alvaro menatap gadis yang berada di sebelah Devan.
Gadis tersebut menjulurkan tangan kearah Alvaro. "Hai, gue Alexa, pacar si Deven indonesia idol junior."
Lantas Devan menoyor kepala gadis yang berada di sebelahnya itu. "Salah server, bego!"
"Gue Alvaro." Lelaki tersebut membalas uluran Alexa.
"Ga usah sok ga kenal deh kalian," sindir Reyhan.
"Emang gue kenal dia?" tanya Alvaro sembari melirik Alexa dengan tatapan bergelidik geli.
"Gue timbuk juga lo, Al!" geram Alexa.
"Bercanda, Lex. Oiya, kenalin ini Zia, cewe gue eh calon maksudnya." Alvaro memperkenalkan Zia kepada Alexa.
Zia hanya memperlihatkan senyum canggungnya. Tidak tau harus membalas apa.
"Lo bukannya temen sekelas gue kan?" tanya Alexa.
Alvaro mencolek lengan Zia agar gadis tersebut menjawabnya. "E-eh iya, kita sekelas," ucap Zia dengan nada gugup.
"Gue liat lo sering menyendiri di kelas, ke—"
"Eh, lo pada ga mesen makan?" tanya Alvaro mengalihkan topik.
"Oiya! Rey, pesenin kita dong," pinta Devan.
"Kok gue?"
"Biar gue aja," ucap Zidan.
"Gue pesen yang kayak biasanya," ujar Devan.
"Gue juga," setuju Reyhan.
"Kamu mau apa?" tanya Devan pada Alexa.
"Ga usah pake kamu-kamuan anjir, geli gue!"
"Biar di kira couple goals, asu!"
"Wah, couple goals kita sedang bertengkar kawan," ucap Reyhan berusaha memanas-manasi suasana.
"Gue pesen samain aja," ujar Alexa pada Zidan.
Zia mengambil airpods pada saku celana, lalu memasangkannnya di telinga. Alvaro yang melihat itu dengan segera mengambil satu persatu airpods pada telinga Zia. Spontan gadis tersebut menatap ke arahnya seraya menaikan sebelah alis dengan maksud bertanya. Alvaro menggeleng kepala sebagai jawabannya. "Belajar bergaul sama temen-temen gue," bisik lelaki tersebut.
Kini di meja hanya ada Alexa, Devan, Reyhan, Alvaro dan Zia. Mereka saling mengeluarkan candaan dan obrolan kecuali Zia yang hanya diam saja.
"Tau ga sih, kalau monyet di pukul kepalanya bakal ngomong 'anjing'? Nih liat kalau ga percaya." Alexa memukul kepala Devan dengan kasar.
"Anjing!" umpat cowo itu.
"Loot at this?" Alexa menunjuk ke arah pacarnya—Devan.
"One more!" seru Alexa.
"Orang buriq kalau ngomong pasti jawabnya 'kenapa' !"
"Kenapa?" tanya Devan dan Reyhan bersamaan.
"See?"
"Apaan sih, gue kaga ngerti," keluh Reyhan.
"Itu berarti kalian berdua orang buriqnya, bego!" tutur Alvaro.
Otak Devan dan Reyhan sama-sama tengah mencerna perkataan Alexa. Dua menit lamanya mereka berpikir hingga tidak sadar Zidan sudah membawakan pesanannya ke meja, sekarang mereka berdua sudah mengerti dengan apa yang di katakan Alexa. Reyhan dan Devan menggebrak meja sehingga Zia yang awalnya makan menjadi tersedak. Alvaro menepuk-nepuk pundak gadis di sebelahnya seraya menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Sorry, Al," cengir Reyhan dan Devan.
"Gue sekarang ngerti apa maksud lo!" ucap mereka berdua bersamaan kepada Alexa.
Alexa memutar mata malas. "Lola banget sih kalian berdua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...