>Happy reading<
Mobil Alvaro berhenti tepat di depan rumah Zia. Tadi sepulang sekolah, gadis tersebut memutuskan mengajak kekasihnya untuk mampir terlebih dahulu ke rumahnya. Kini mereka berdua sama-sama turun dari mobil, kemudian memasuki rumah dengan Zia yang menuntun Alvaro.
"Kamu mau minum apa?" tawar Zia ketika mereka sudah mendudukan diri di sofa ruang tamu.
"Ga usah," tolak Alvaro.
Setelah itu Alvaro beralih berbaring di paha Zia seraya memejamkan mata. "Elus-elus dong," pintanya.
Tentu saja Zia akan menuruti perintah Alvaro. Tangannya mulai bergerak memegang rambut lelaki yang tengah berbaring di pahanya, kemudian mengelusnya dengan pelan. Menatap seluruh wajah tampan milik kekasihnya, Zia sangat beruntung memiliki Alvaro. Sungguh, lelaki ini membuat hidupnya yang awalnya suram menjadi penuh warna.
"Zia," panggil Alvaro.
"Iya?"
"Kamu dari kecil udah tinggal sendiri?"
Zia menggeleng kepala. "Semenjak Bunda meninggal dan Ayah pergi ninggalin aku, Bi Sari yang ngejaga aku selama ini."
"Bi Sari?" beo Alvaro.
"Pembantu aku,"
"Tapi waktu aku umur enam belas tahun, Bi Sari balik ke bandung karena udah lanjut usia."
Drtt...Drtt...
"Al, ada yang nelfon kamu tuh," ujar Zia.
"Siapa?"
Zia melihat ponsel Alvaro yang tertera nama 'Mama' di layar. "Mama kamu," balasnya.
"Matiin aja."
"Loh, kenapa?"
"Ga penting."
Zia menyeritkan dahi heran. "Kamu lagi ada masalah sama Mama kamu?"
"Ga usah di bahas, Zia."
"Kenapa?"
"Aku bilang ga usah, ya ga usah Zia. Jangan buat aku marah," ucap Alvaro dengan suara yang ia lembutkan agar tidak menyinggung kekasihnya ini.
"Al, kita udah pacaran. Aku ga mau ada hal yang kamu tutup-tutupin dari aku."
Lelaki tersebut menghembuskan nafas kasar. Mungkin benar ucapan Zia. Seharusnya ia tidak perlu menutup-nutupi tentang masalah keluarganya. Zia berhak tau karena ia juga sudah termasuk gadis penting di hidupnya saat ini. Alvaro menatap mata gadisnya dengan sangat lekat.
"Dulu orang tua aku selalu sibuk sama pekerjaan mereka masing-masing. Waktu kecil aku ga pernah di anggep sama mereka,"
Mata Zia melebar mendengar perkataan Alvaro. Ia tidak pernah menyangka Alvaro juga mempunyai masa lalu yang kelam.
"Waktu usia aku udah lima belas tahun, aku mutusin buat beli apartemen sendiri supaya jauh dari mereka," lanjutnya.
Zia mengelus pelan rambut Alvaro dengan lembut. "Aku semakin bangga punya cowo sekuat kamu."
"Mana ganteng lagi kan?" ucap pede Alvaro.
"Ganteng sih, tapi sayang.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...