>Happy reading<
"ZI, ALVARO BABAK BELUR DI UKS," pekik Alexa dari arah pintu kelas.
Zia yang semulanya membaca buku di bangku miliknya, langsung berdiri menatap Alexa. Mulutnya sedikit terbuka—tidak percaya dan tubuhnya bergetar. Tanpa menunggu waktu lama, Zia melangkahkan kaki menuju UKS dengan Alexa di belakangnya. Setibanya mereka berdua di depan ruang UKS, banyak siswa yang mengintip-ngintip dari arah jendela dan pintu sehingga Zia harus membelah kerumunan di tengah ramainya siswa agar bisa masuk ke dalam. Atas bantuan Alexa, ia akhirnya bisa memasuki UKS dengan mudah. Pandangannya tertuju kepada seorang lelaki yang tengah mendudukan diri di ranjang UKS, dengan banyak luka menghiasi seluruh wajahnya. Zia menghampiri lelaki itu dengan sorot mata khawatir.
"Kenapa bisa luka gini?" tanya Zia menatap keseluruhan wajah Alvaro.
Bukannya menjawab, Alvaro hanya menundukan kepala, membuat Zia menggeleng heran. Matanya beralih menatap Devan, Anantha, Reyhan dan Zidan dengan tatapan bertanya. Mereka berempat juga hanya diam membisu, tidak berani menjawab pertanyaan Zia. Namun Zidan memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan gadis tersebut.
"Berantem," jawab singkatnya.
"Berantem?" beo Zia.
Ia beralih menatap tajam Alvaro. "Kamu berantem sama siapa, hah? Jawab, Al!"
"Ridho," sahut Zidan ketika Alvaro tidak menjawab ucapan Zia.
"Udah, Zi. Mending lo obatin dulu si Al," ujar Alexa mengusap pelan bahu Zia—berusaha menenangkannya.
Gadis dengan rambut di ikat satu tersebut menghela napas panjang—berusaha bersikap sabar. Ia mengambil kotak p3k di samping Alvaro, kemudian mulai mengobati lelaki itu dengan telatan. Sesekali ia menekan luka Alvaro sehingga ia meringis kesakitan. Selang beberapa menit akhirnya Zia sudah selesai mengobati luka-luka di setiap wajah Alvaro dengan tangannya.
"Jelasin, Al!" tegas Zia.
"Biar gue yang jelasin," ujar Devan.
"Tadi Ridho mau ngeroyok Anantha, tapi Alvaro lebih dulu nolongin dia. Akhirnya terjadi pertengkaran antara Ridho sama Alvaro," jelas Devan.
Zia melirik Alvaro. "Bener apa yang di bilang Devan?"
Dengan ragu, ia menganggukan kepala. Sungguh, dirinya takut Zia nanti akan marah padanya.
Sementara Zia, ia menghela nafas panjang—berusaha berfikir jernih. Mata Alvaro melirik teman-temannya—mengkode agar mereka pergi meninggalkan dirinya dan Zia berdua. Mengerti dengan maksud lelaki itu, mereka berempat izin pamit keluar kepada Zia, tidak lupa Devan menarik ujung seragam Alexa agar mengikuti mereka.
Mata Alvaro menatap kerumunan siswa yang tengah mengintip dirinya dari arah jendela dan pintu UKS. "PERGI LO SEMUA!" usirnya.
Setelah di rasa mereka semua sudah hilang dari penglihatan Alvaro, ia beralih menatap Zia yang sudah memijat kening dengan tangannya. Tangan kekar Alvaro menarik pinggang Zia agar mendekat kearahnya.
"Maaf," cicitnya.
"Al, aku mau ke kelas."
"Maafin aku dulu," pinta Alvaro dengan tatapan sendunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...