>Happy reading<
Semua siswi menatap ke arah lelaki yang berjalan menyusuri koridor dengan kaca hitam bertengger pada mata, dua kancing seragam di biarkan terbuka, tidak lupa dasi yang di lampir pada bahunya tersebut. Tidak memperdulikan tatapan semua siswi kepadanya, lelaki tersebut tetap melangkahkan kaki menyusuri koridor dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana.
BRUKK
Seorang gadis tidak sengaja menabraknya hingga gadis tersebut terjatuh ke lantai. Ia menjulurkan tangan berniat ingin membantu namun di tepis kuat oleh gadis itu. "Gue bisa sendiri," ucapnya ketus, kemudian pergi dengan wajah menunduk.
"WOI AL," pekik seseorang sehingga lelaki tersebut menoleh ke arah belakang.
Alvaro menaikan sebelah alis ketika kedua lelaki menghampirinya dengan wajah ngos-ngos-an. "Lo dari mana aja?" tanya Devan.
Devan Nugraha Adi Putra atau kerap di panggil Devan. Lelaki dengan seribu gombalan maut yang bisa menghipnotis para kaum hawa. Sayangnya ia sudah memiliki pacar yang bego-nya sebelas dua belas dengannya.
"Kita cape nyariin lo dari tadi!" keluh Reyhan.
Reyhan Mahardika, panggil saja Reyhan. Lelaki yang mempunyai keahlian ngestalk orang dalam jangka waktu tebilang cukup cepat. Bermula dari coba-coba mengestalk mantan, kemudian ketagihan hingga sekarang menjadi gagal move on.
"Mana Zidan?" tanya Alvaro.
Zidan Andara, bukan anggota dari keluarga Rafi Ahmad namun sama-sama memiliki harta yang melimpah. Ia dikenal dengan sifat dingin dan cueknya. Namun di antara Alvaro, Devan dan Reyhan, Zidan adalah orang yang paling dewasa ketika menanggapi masalah dan selalu menjadi penengah ketika salah satu di antara mereka bertiga bertengkar.
"Kayaknya di kantin, Al," sahut Reyhan.
"Yuk kantin!" Devan menggandeng kedua tangan Alvaro dan Reyhan namun di tepis oleh mereka berdua. "Najis!" ucap mereka serempak.
Ketiga lelaki tersebut memasuki area kantin sehingga banyak siswi menjerit heboh melihatnya. Berbeda dengan Reyhan dan Alvaro yang tidak memperdulikan semua jeritan siswi yang ada di sana, sementara Devan ia menebarkan pesona dengan melambaikan tangan, lalu menyugar rambut ke belakang membuat semua siswi semakin berteriak histeris. "Itu Zidan, Al." Reyhan menunjuk ke arah lelaki yang duduk di pojok kantin. Mereka berdua melangkahkan kaki menuju Zidan tanpa memperdulikan Devan yang tengah asik menebar pesona.
"Sendiri aje lo," sindir Alvaro yang sudah mendudukan diri bersebelahan dengan Zidan.
Bukannya menjawab, Zidan mengarahkan mata ke arah lelaki yang baru memasuki area kantin. Ia mengikuti arah pandang Zidan. Kini senyum smirk terbit di wajah Alvaro. Ia menaikan sebelah kaki ke atas kursi seraya menepuk meja—menyanyikan sebuah lagu. Lelaki yang tadi di tatap tadi oleh Zidan menghampiri gerombolan mereka dengan tatapan tajam. "Ini sekolah bukan rumah lo! Ga usah seenaknya!" tegur lelaki itu.
"Bokapnya Alvaro kan donatur sekolah kita," sahut Devan menghampiri mereka berempat dengan wajah tengilnya.
"Bukan berarti bokap Alvaro donatur sekolah kita, dengan seenaknya dia ngelanggar aturan sekolah!"
"Udah lah, An. Dari pada lo banyak bacot, mending ngopi." Devan merangkul bahu Anantha seraya menyodorkan kopi kepada lelaki tersebut. Merasa di hina, dengan cepat Anantha menepis kasar tangan Devan pada bahunya.
"Kok kamu kasar sih, beb?" ucap Devan dengan suara di buat-buat.
"Gue laporin ke guru lo pada!"
"Dasar cepu!" pekik Alvaro.
"Makin songong lo ye, semenjak masuk Osis," ujar Reyhan.
"Jabatan mengubah segalanya," sahut Zidan.
Satu kalimat yang meluncur dari mulut Zidan membuat Anantha tidak kuasa menahan seluruh emosinya. Ia membalikan badan, kemudian meninggalkan gerombolan Alvaro cs dengan wajah merah padamnya.
"Temen siapa sih itu?" tanya Devan ikut mendudukan diri bersebelahan dengan Reyhan.
"Temen lo!" sahut Alvaro.
"Dih, najis! Lebih mending gue ga punya temen dari pada temenan sama orang munafik!"
"Halah, dulu aja lo paling deket sama dia," celetuk Reyhan.
"Nyesel gue,"
"Eh, gue punya breaking news!!"
"Apaan?"
"Ada murid baru di sekolah kita. Katanya sih cantik, tapi gue belum sempet liat."
Kini pikiran Alvaro tertuju kepada gadis yang menabraknya tadi pagi. Ia tidak pernah melihat wajah gadis itu sebelumnya dan ia yakin yang di bicarakan Devan itu adalah dia.
"Siapa namanya?" tanya Alvaro menimbrung percakapan.
"Gue ga tau."
"Kenapa lo? Mau ngedeketin?" tanya Zidan.
Alvaro menghendikan bahu.
"Gebetan gue woi!" ucap tak terima Devan.
Tatapan tajam Alvaro mengarah ke Devan sehingga lelaki tersebut mengeluarkan jari peacenya. "Buat lo aja deh, Al."
"Semua cewe lo gebet!" sindir Reyhan kepada Devan.
"Bentar lagi si Alin juga gue gebet," sahut Devan dengan senyuman lebarnya.
Reyhan melototkan mata. Alin itu mantan-nya yang ia sering stalk dan berakhir gagal move on. "Ga usah mantan gue juga dong, lo embat!"
"Lah, kenapa? Masih gamon lo?"
"Gak!"
"Boleh dong berarti gue deketin?"
"Mau gue bogem lo?"
"Bilang gamon aja susah banget lo!"
"GUE BILANG GAK, YA ENGGAK!"
"LAH KOK NGAMOK?!"
"BERISIK!"
Devan dan Reyhan menjadi diam membisu ketika mendengar bentakan Alvaro. Seperti dua anak takut pada ibunya, mereka berdua menundukan kepala seraya memeletkan lidah satu sama lain.
"Ga usah melet-melet. Mau gue putusin lidah kalian berdua?!" ancam Alvaro.
Mereka berdua menggeleng serempak.
"Bocah!" cibir Zidan.
Mendengar cibiran Zidan, lantas Reyhan dan Devan menggebrak meja bersamaan, tanda tidak terima. "Ngomong apa lo barusan?!"
"Bocah," jawab santai Zidan.
"KITA GA BOCAH!" pekik serempak mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...