>Happy reading<
Kini Alvaro tengah duduk di rooftop sekolah dengan memakai airpods yang sudah terhubung melalui ponsel milik Zia. Alunan lagu musik klasik memasuki indera pendengarannya. Ia menikmati setiap lagu seraya memejamkan mata.
Seorang gadis berlari menghampiri Alvaro dengan wajah panik. "Al, ponsel sama airpods gue di—" Perkataannya terhenti ketika melihat seorang lelaki yang tengah asik memejamkan mata sembari memakai airpods di telinganya. Ia menggelengkan kepala, kemudian berdehem agar lelaki tersebut menyadari kehadirannya.
Lantas Alvaro membuka kedua mata, melihat gadis yang sudah berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang. Gadis itu menatapnya dengan tatapan tajam. Teringat akan satu hal, Alvaro segera melepas airpods di telinganya lalu memberikan kepada gadis di hadapannya.
"Sorry, gue lancang make airpods lo diem-diem," sesalnya.
"Dari kemarin gue cari-cariin juga, ternyata di lo," kesal Zia.
"Sorry," ucapnya lagi.
"Iya, ga papa."
"Btw, selera lagu lo asik juga," ucap jujur Alvaro.
Mendengar hal itu, Zia terkekeh kecil. Alvaro menyeritkan dahi heran. "Kenapa lo ketawa?"
Zia menggelengkan kepala. "Engga, baru kali ini ada yang muji selera musik gue. Biasanya orang-orang selalu bilang gue terlalu kuno."
"Siapa yang bilang? Biar gue hajar tu orang!"
"Bisa-bisanya cewe gue di katain kuno," lanjut Alvaro.
Zia tersentak mendengar ucapan Alvaro. Tahan Zia, ga boleh salting. Merasa dirinya gugup, ia segera mengalihkan topik agar suasana tidak canggung. "Eh iya, kelas lo besok ada ulangan?"
Alvaro menyeritkan dahi. "Kenapa tiba-tiba ngebahas ulangan?" herannya.
"Gue cuma nanya doang, ga boleh?"
"Lo berusaha ngalihin topik karena salting kan?" sindir Alvaro.
Ini orang jangan-jangan cenayang. Zia diam membisu, tidak tau harus menjawab apa. Melihat tidak ada jawaban dari mulut Zia, membuat Alvaro menjadi gemas sendirinya. Iya, gemas ingin memakan tubuh Zia. "Susah ya ngomong sama orang gengsian," sindir Alvaro.
"Apaan sih, gue mau balik kelas."
"Tunggu!"
Perkataan Alvaro membuat Zia memberhentikan langkahnya, ia menoleh ke arah belakang seraya menaikan sebelah alis. "Nanti pulang sekolah gue mau ngajak lo ke suatu tempat," ucapnya membuat Zia menjadi penasaran.
"Kemana?"
"Liat aja nanti,"
"Sana gih, katanya mau ke kelas."
"Lo ngusir gue?"
"Iya."
"DASAR NYEBELIN!" pekik Zia, lalu pergi meninggalkan Alvaro dengan wajah kesal. Melihat hal itu membuat Alvaro terkekeh kecil.
♡
"Pantai?" tanya antusias Zia.
Sehabis pulang sekolah, Alvaro langsung membawa Zia menuju pantai sesuai dengan keinginannya di kertas pada waktu itu. Tentu saja gadis itu sangat antusias.
"Boleh main ke airnya ga?" tanya Zia kepada Alvaro namun di balas gelengan olehnya.
Senyuman Zia memudar. Padahal ingin sekali ia bermain air di pantai. Melihat hal itu, Alvaro menjadi tidak tega. Namun ia juga tidak ingin nantinya Zia sakit karena kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...