49 - BIRTHDAY!

1.6K 148 2
                                    

>Happy reading<

Setelah insiden tadi pagi di sekolah, malam
ini Zia termenung sendiri di kamar sembari menatap langit-langit dari kaca jendela. Gue ada salah apa? Kenapa mereka ngejauhin gue? Pertanyaan itu selalu menghantui pikirannya.

DRTTT!!

Sebuah telfon masuk melalui ponselnya. Lantas ia mengambil benda pipih tersebut yang tergeletak di pinggir kasur, lalu ia letakan di dekat telinga.

"Cepet siap-siap. Bentar lagi aku jemput kamu," ucap seorang lelaki di sebrang sana dengan nada ketus.

"Mau kemana, Al?"

Tittt..Tittt...

Telfon di matikan secara sepihak oleh Alvaro. Zia menghembuskan nafas kasar—berusaha sabar dengan semua ini. Karena tidak ingin mendengar omelan dari kekasihnya itu nantinya, ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi—bersiap-siap seperti yang di katakan Alvaro, walaupun dirinya tidak tau tujuan lelaki itu menyuruhnya bersiap-siap untuk apa.

Selang satu jam akhirnya Zia sudah siap dengan cardigan hitam dan celana jeans berwarna putih di kakinya. Dari arah luar terdengar suara klakson mobil, dan ia yakin itu adalah kekasihnya—Alvaro. Tidak mau menunggu lama, Zia cepat-cepat berlari menuruni anak tangga menuju pintu rumahnya.

Ketika pintu sudah di buka, kini seorang lelaki dengan kemeja putih dan celana panjang hitamnya berdiri tepat di hadapannya. Lelaki tersebut menatap seluruh tubuh Zia dari atas hingga bawah. "Masuk!" perintahnya dengan nada dingin.

Mengerti akan maksud itu, Zia berjalan melewati Alvaro menuju ke dalam mobil. Ia masih tidak mengerti apa maksud kekasihnya itu untuk mengajaknya pergi setelah kejadian di sekolah tadi pagi.

Gelap, satu kata yang kini di rasakan Zia. Setibanya di sebuah hotel yang terbilang cukup mewah, Alvaro menutup matanya dengan sebuah kain tanpa menunggu persetujuan darinya. Ia hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan kekasihnya itu. Atas tuntunan dari Alvaro, ia mulai berjalan yang tidak tau entah kemana—mengikuti arahan lelaki berkemeja putih tersebut di depannya.

Ketika di rasa sudah tidak berjalan lagi, ia merasakan ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ingin membuka kain yang menutupi matanya, namun malah di tahan oleh Alvaro. "Happy birthday pretty!" Satu kalimat yang kini terdengar di telinganya.

Setelah mengatakan hal itu, Alvaro membuka kain yang berada di mata Zia dengan tangannya. Penglihatan gadis itu kini menjadi buram. Ia berusaha menajamkan penglihatannya hingga kini ia dapat melihat jelas orang-orang yang berdiri di hadapannya.

Ia membulatkan mata. Mulutnya sedikit terbuka karena terkejut. Merasakan ada bau amis di belakang tubuhnya, lantas Zia membalikan badan dengan mata melotot.

"HAPPY BIRTHDAY, ZIAA!!" Reyhan, Anantha, Zidan, Devan dan Alexa melemparkan tepung dan telur ke tubuh Zia. Anehnya lagi, Zidan kini menjadi ikut-ikutan seperti teman-temannya itu. Jika awalnya lelaki tersebut bersikap dingin, kini justru ia malah bersikap layaknya orang tengil seperti Devan, Anantha dan Reyhan. Mungkin karena sering bergaul dengan mereka jadi Zidan tertular gilanya.

Tidak ingin lengah, Zia mengambil sisa-sisa telur di tubuhnya kemudian melemparkan ke wajah Anantha, karena lelaki tersebutlah yang lebih dulu melemparnya telur.

Anantha melotot tidak terima. "Mami, Anna di lemparin telur sama Boncel hiks." Ia mengadu kepada Mami Susi dengan tangisannya.

Tidak ingin memperdulikan anaknya itu, Papi Bejo dan Mami Susi menghampiri Zia dengan senyuman di wajah mereka. "Happy birthday anak Mami!" ucap Mami Susi kemudian mengecup sekilas kening Zia.

Alzia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang