>Happy reading<
Sepulang sekolah, Zia berjalan di koridor menuju mobil Alvaro seperti ucapannya tadi kepada lelaki itu. Namun ketika di tengah perjalanan, ia malah tidak sengaja bertemu dengan Anantha.
"An," panggil Zia.
"Eh ada boncel, kenapa Cel?" sahut Anantha.
Zia mendengus kesal. Sempat-sempatnya lelaki tersebut mengejeknya. "Gue ga bisa pulang bareng lo."
"Lah, kenapa?"
"G-gue mau beli buku dulu," bohongnya.
"Kan gue bisa nganter lo."
"Ga usah, gue bisa sendiri."
"Yakin?"
"Iya."
"Kalau ada apa-apa, langsung telfon polisi aja."
"Ngeselin lo!"
"Bercanda, Zi. Gue balik duluan ya," pamit Anantha dan di balas anggukan oleh Zia.
Ketika di rasa lelaki tersebut sudah pergi meninggalkannya. Segera Zia melanjutkan langkah menemui Alvaro dengan jalan berburu-buru. Kini dirinya sudah berada di parkiran, mata Zia berkeliling mencari letak mobil lelaki tersebut namun tidak kunjung dapat.
Tinn...Tinn...
Mobil dengan warna hitam pekat berhenti tepat di belakang dirinya. Kaca mobil yang semulanya tertutup lalu terbuka, memperlihatkan seorang lelaki berseragam putih abu-abu dengan kaca mata hitam bertengger pada matanya. "Hai sayang," sapa cowo itu.
"All," geram Zia.
"Sini masuk!"
"Atau perlu gue seret?" tambahnya.
Zia memutar mata malas. Mengapa lelaki satu ini suka sekali memaksanya? Sebelum lelaki tersebut menyeretnya ke dalam, ia lebih dulu memasuki mobil dengan wajah yang masih kesal. Alvaro terkekeh kecil melihat wajah kesal Zia yang malah terlihat lucu di matanya.
"Kenapa lo liat-liat gue?" tanya ketus Zia ketika sudah berada di dalam mobil.
"Lucu."
Kedua pipi Zia terlihat memerah. Sudut mulutnya terangkat membentuk senyuman manis. Seperti ada kupu-kupu di perutnya saat ini.
"Maksudnya tas lo lucu," ujar Alvaro.
Sudut mulut yang awalnya terangkat membentuk senyuman, kini memudar. Gadis tersebut mendengus kesal. Lagian seharusnya ia tidak mempercayai perkataan buaya lelaki di sebelahnya ini. Mata tajamnya melirik Alvaro yang tengah menertawakan dirinya. "Dasar nyebelin!" kesal Zia sembari memukul lengan lelaki tersebut berkali-kali.
"Aduh aduh, ampun, Zi." Alvaro menautkan kedua tangan seperti tengah memohon kepada Zia. "Akhh, udah dong!" Lelaki tersebut merasakan nyeri di area lengannya sehabis di pukul berkali-kali oleh gadis di sebelahnya.
"Sakit," rengek Alvaro menatap sendu Zia.
"Maaf-maaf, mana yang sakit?"
"Ini." Lelaki itu menunjuk ke arah lengannya. "Coba liatin lengan gue, kayaknya luka."
"Ga ada tuh yang luka," ujar Zia.
"Makannya coba lo deketin liatnya!"
Zia mendekati wajah ke arah lengan Alvaro seraya mencari letak luka yang di maksud cowo itu.
Cupp..
Alvaro mencium rambut Zia dengan singkat. Lantas gadis tersebut tersentak dengan aksi tiba-tiba yang di lakukan lelaki di sebelahnya ini. Berbeda dengan Alvaro, ia hanya menunjukan cengiran tidak berdosanya kepada Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzia [END]
Teen FictionAlvaro Ravendra, lelaki badboy yang memiliki paras tampan dan harta melimpah. Ia di pertemukan oleh seorang gadis unik yang cenderung menyendiri dan cuek terhadap sekitarnya. Zia Agatha Zemora, ialah gadis tersebut. Mereka sama-sama memiliki masa l...