STIGMA-12

58.6K 8.7K 3.4K
                                        

Siapa yang nungguin update nih? Nggak ada ya, yaudah deh.

Siap penuhin komentar disetiap paragraf? Harus siap ya!

•••

Orang pertama yang Alya lihat ketika ia terbangun adalah Kafi Sangkala yang sedari tadi menunggunya. Ia kini berada di ruang uks dengan keadaan basah kuyup. Kesadarannya sempat hilang beberapa waktu sebelum akhinya tersadar kembali.

"Kenapa kamu harus nolong orang yang memang ingin mati?" Alya langsung melayangkan pertanyaan untuk Kafi. Ia terlihat sangat tidak senang.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Kafi mendekati Alya, meraih tangan kanan gadis itu dan mengarahkannya ke dada bagian kiri gadis itu. Alya bisa merasakan detak jantungnya sendiri."Jangan menyerah, selama yang berdetak itu masih menyemangatimu." ujar Kafi dengan suaranya yang dalam membuat Alya terpaku.

"Kenapa nggak ada seorang pun yang datang untuk aku? Aku hanya butuh seseorang, tapi semua orang pergi ninggalin aku." tanya Alya terdengar putus asa.

"Sekarang ada Kafi Sangkala, yang akan tetap tinggal disamping kamu." kata Kafi meyakinkan Alya.

Alya memandang lelaki itu dengan tatapan menyakitkan. Sekalinya terpuruk ia akan merasa sangat hancur dan membutuhkan waktu untuk kembali bangkit. Kafi dengan suka rela bersedia mengulurkan tangannya untuk membantu Alya.

"Mau berbagi rasa sakit kamu buat aku? Rasa sakit itu terlalu berat kalau kamu harus pikul sendirian." tanya Kafi lembut.

"Keadaan kamu baik - baik aja?" tanya Kafi membuat air mata Alya jatuh tanpa bisa ditahan dan lolos begitu saja.

"Aku boleh jawab jujur? Aku dalam keadaan tidak baik - baik aja." jawab Alya jujur. Ia tanpa sadar telah tersenyum, dan segera menghapus jejak air matanya. Rasanya lega bisa berkata sejujur itu tentang keadaanya.

"Kamu kuat, Alya." puji Kafi."Jangan pernah mau dikendalikan dengan manusia hina, yang berusaha menutupi bahwa diri mereka lemah dengan cara menyakiti orang lain."

"Kafi, sebenarnya aku takut mati. Kamu tau nggak cara mati tanpa rasa sakit?"

Ketika Alya hendak melanjutkan kalimatnya, Kafi dengan cepat mengarahkan jari telunjuknya ke permukaan bibir Alya, membuat gadis itu menutup bibirnya rapat.

"Ust, kan nggak boleh menyerah? Aku cuma tau gimana cara bertahan hidup di dunia yang nggak adil ini."

Mendengar itu, Alya lantas menoleh dengan tertarik,"Gimana caranya?"

"Kalau dunia ini nggak adil buat kamu, cukup putar balik dunia ini sampai menjadi adil buat kamu. Aku bisa lakuin itu untuk kamu," jawab Kafi.

"Kafi, aku minta maaf soal tuduhan yang udah buat reputasi kamu jadi hancur. Kamu boleh benci sama aku." sesal Alya dengan merasa bersalah.

"Nggak semua hal harus dibenci, Alya." jawab Kafi."Aku udah lebih dulu berusaha mengerti posisi kamu."

Alya tersentak kaget ketika pintu ruangan uks dibuka paksa dan dibanting dengan kasar sehingga menarik perhatian banyak orang. Termasuk beberapa guru yang kini mendekat. Wiguna muncul dibalik pintu, ketika menemukan keberadaan Alya, sorot matanya berubah, kemarahannya yang memuncak itu kentara di sepasang mata tajamnya.

Wiguna melangkah menghampiri Alya dan mencengkram kedua bahunya dengan kuat karena batas kesabarannya yang sudah habis. Alya hanya bisa menunduk takut karena merasa terancam,"DASAR ANAK TIDAK TAHU TERIMA KASIH!" bentak Wiguna menggebu sambil menampar pipi Alya bolak - balik.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang