STIGMA-49

37.4K 6.6K 1.1K
                                    

Siapin hati untuk baca part ini, udah siap buat ketemu sama Ibrano Gireksa (masa lalunya Fajar)? Spam 'siap' disini ya

Jangan lupa votenya yaa, kebangetan yg baca aja tapi nggak ngevote😭😭😭

•••

Langkah Fajar terhenti karena Elen datang menghampirinya yang baru saja pulang kerumah. Dahi Fajar berkerut bingung, tidak biasanya ia melihat Elen dan Roy yang menyambutnya seperti saat ini, bahkan biasanya Elen dan Roy belum ada dirumah  ketika siang hari. Elen membantu Fajar membawa tas sekolahnya, sementara Roy menuntun langkah putranya untuk duduk di atas sofa, dan menghidangkan dirinya beberapa potongan buah - buahan yang nampak begitu segar.

"Gimana hari ini? Melelahkan? Kalau lelah jangan lupa istirahat, jangan terlalu dipaksain ya," ujar Elen lembut. Ia melihat belakangan ini tubuh Fajar semakin kurus."Kita periksain tubuh kamu ke dokter yuk?"

Fajar dengan cepat menggeleng."Aku udah sering bilang, kalau aku nggak mau ke dokter, Ma. Udah berapa kali Mama ngajakin aku ke dokter? Sakit ini nggak ada apa - apanya dari pada melihat banyak kekhawatiran yang menganggu Mama."

"Kamu cuci darah ya? Jangan diabaikan, penyakit kamu bisa semakin kronis. Atau sekalian cari pendonor ginjal buat kamu? Kalaupun Papa bisa, Papa siap donorin ginjal buat kamu," sahut Roy berusaha keras meyakinkan putranya.

"Terus Papa berharap aku mau terima donor dari Papa? Jangan korbanin diri untuk orang yang nggak mengharapkan masa depan lagi, kecuali menghabiskan waktu untuk membahagiakan semua orang terdekatku, terutama kalian. Orang kayak aku nggak pantes buat dapet donor dari siapapun," Fajar membalasnya dengan berusaha terlihat kuat.

"Karena aku pantesnya mati," batin Fajar.

"Fajar, jangan buat Mama sama Papa khawatir," pinta Elen. "Justru kamu yang seperti ini selalu buat kami terus kepikiran setiap saat."

Tidak lama kemudian Rajasa menampakkan dirinya dengan duduk diatas kursi roda dan menatap Fajar dengan wajah sedih.

"Kakak harus mau ya? Biar kakak cepet sembuh, biar bisa ngajak aku main lagi. Satu - satuna temen aku kan cuma kakak," pinta Rajasa. Tangan Fajar terhulur untuk mengelus kepala adiknya.

"Kakak bakalan selalu jadi temen kamu. Kakak disini, kakak janji nggak akan kemana - kemana," ujar Fajar.

"Aku janji nggak akan bikin Mama sama Papa khawatir, termasuk juga Rajasa. Aku baik - baik aja, aku nggak pernah sekalipun ngerasa sakit. Selama aku bilang aku baik - baik aja, maka jangan pernah khawatir," ujar Fajar membuat kedua mata Elen berkaca - kaca.

"Papa baru inget, tadi ada anak laki - laki datengin rumah ini, buat ketemu sama kamu katanya. Ibrano Gireksa, kamu inget dia 'kan? Dia baru balik dari Jerman untuk liburan di Indonesia." informasi yang diberikan Roy itu membuat Fajar sontak melebarkan matanya dan bangkit berdiri dengan ekspresi tidak suka, membuat Roy terkejut karena reaksi yang ditunjakan Fajar.

"Dia juga memberikan banyak oleh - oleh dari Jerman. Dia ingin bertemu sama kamu, tapi sayangnya tadi kamu belum pulang kerumah," imbuh Elen dengan tatapan senang.

"Dia bilang kalau hubungan kalian lebih dari teman, tapi Mama nggak ngerti apa maksudnya, setelah Mama tanya, dia bilang untuk langsung tanya ke kamu aja," ungkap Elen dengan senyum di bibirnya, Fajar menatap Elen dan Roy bergantian dengan perasaan tidak tega jika harus merusak senyuman di wajah mereka.

Fajar menatap kearah bawa, terlihat begitu banyak keraguan yang menganggunya. Ia tidak tahu saat ini adalah waktu yang tepat atau tidak untuk mengungkap semuanya. Setelah mengumpulkan keberanian dan meyakini diri, Fajar menaikan pandangannya untuk menatap Elen dan Roy secara bergantian.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang