STIGMA-41

47.5K 7.9K 832
                                    

Sebelum baca bisa tinggalin jejak vote dulu, nanti lanjut baca lagi. Wajib ya!

Absen sesuai emot yang sesuai sama perasaan kalian sekarang dong👉🏻

•••

Alya berusaha untuk mengabaikan kehadiran Fajar setiap harinya dirumah sakit, lelaki itu seakan tidak menyerah untuk mendapatkan maaf darinya. Kini lelaki itu sedang melambaikan tangannya dari kejauhan, namun Alya tidak sedikitpun mau peduli. Bahkan sejak semalam Fajar berusaha menarik perhatiannya walaupun ia sadar, hal itu akan sulit untuk ia dapatkan. Fajar berjanji untuk mendatangi Alya setiap harinya, dan laki - laki itu menepati janjinya.

Fajar terus memperhatikan langkah Alya yang sedang melangkah seorang diri, dan memastikan langkah gadis itu selalu teratur. Ketika gadis itu hampir tersandung oleh batu, Fajar dengan sigap berlari dan menangkap tubuh Alya dalam pelukannya. Saat jantung Fajar hampir mencelos, Alya sebaliknya mendorong tubuh Fajar untuk menjauh darinya.

"Batunya jahat yaa hampir buat kamu kesandung?" tanya Fajar, sementara Alya hanya diam dan enggan menatapnya.

"Senyumnya mana? Jangan cemberut lagi ya. Nanti batunya aku marahin karena hampir bikin kamu jatuh," pinta Fajar, tanpa sadar Alya pun menurutinya hingga sebuah senyum tipis muncul kepermukaan bibirnya.

"Kamu itu cantik disaat sedang bersedih, cantik disaat sedang tertawa, cantik disaat sedang marah, dan cantik disaat menangis. Tuhan ciptain kamu dengan hati - hati ya, terutama hati kamu. Buktinya hati kamu kuat, dan nggak semua orang punya hati sekuat kamu," puji Fajar, senyum milik gadis itu baginya adalah sebuah keindah yang hanya ingin ia simpan sendirian.

"Nggak akan mempan, aku nggak akan luluh karena gombalan receh kayak gitu," ujar Alya ketus.

"Alya, sebenarnya aku nggak bisa menjamin apa - apa. Tapi setidaknya aku akan memastikan bahwa nggak ada sedikitpun kesedihan yang boleh singgah dan menggantikan senyumanmu lagi, aku janji," ujar Fajar dalam.

"Apasih yang kamu pikirin?" tanya Alya.

"Aku mencoba untuk menjadi orang yang lebih baik untuk kamu dan berusaha memikirkan cara untuk membahagiakan kamu, walaupun aku tau aku nggak pernah bisa jadi alasan kebahagiaan kamu," balas Fajar dengan senyumnya yang begitu tulus.

"Mau pergi ke pantai nggak? Aku bakalan minta izin sama dokter kamu supaya kamu diizinin untuk refreshing keluar." tanya Fajar menawarkan.

"Nggak, makasih, mending kamu pergi dari sini, aku nggak mau liat wajah kamu," tolak Alya mentah - mentah.

Fajar langsung mengulurkan tangannya, berniat mengandeng tangan Alya. Alya hanya menatap tangannya tanpa berniat menyambutnya.

"Udah, ayo. Memangnya nggak bosen ada dirumah sakit? Kamu itu pasti butuh hiburan," ajak Fajar, tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu, Fajar langsung mengenggem erat tangan Alya dan segera membawa Alya ke sebuah pantai yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit yang bisa ditembuh hanya dengan berjalan kaki dalam waktu yang singkat.

Kedua mata Alya berbinar ketika dihadapkan dengan hamparan laut biru yang jernih. Alya berlari ketengah dengan membuka kedua tangannya lebar, dan memejamkan kedua matanya untuk menikmati semilir angin yang begitu menenangkan dan sejuk. Fajar secara diam - diam memotret Alya dengan ponselnya. Alya yang merasa tidak percaya diri lagi dengan penampilannya, terutama rambutnya yang sangat pendek itu langsung memperingati Fajar untuk menghapusnya.

"Kamu fotoin aku diem - diem kan? Jangan lancang! Hapus nggak fotonya? Hapus! Aku jelek banget." Alya berusaha untuk merebut ponsel Fajar, namun lelaki itu segera mengangkatnya tinggi hingga Alya tidak bisa menjangkaunya.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang