STIGMA-35

48.5K 8.1K 3.7K
                                        

Peringatan untuk baca part ini. Siapin hati, siapin tisu juga karena part ini mengandung bawang⚠️

Kalian udah siap??

Baca part ini sambil dengerin mulmed yang udah aku siapin diatas ya, biar feelnya makin kerasa.

•••

Jelita dan yang lainnya kabur melarikan diri setelah
mendengar keberadaan seorang laki - laki berseru dari kejauhan, dia adalah Fajar bersama pasukan inti Genorazors. Menyadari keadaan tidak aman untuknya, Jelita bergegas pergi dengan tidak bertanggung jawab, meninggalkan Alya yang membutuhkan sebuah pertolongan cepat. Fajar dengan cepat berlari kencang untuk menghampiri Alya dan langsung bersimpuh dihadapan gadis itu yang semakin tidak berdaya dalam pelukannya. Alya hanya menatapnya dengan diam tanpa memberikan reaksi apapun, melihat Alya yang dalam keadaan penuh luka itu membuat perasaan Fajar hancur.

Dalam hati Alya ingin sekali menjerit bahwa rasanya sangat sakit, namun entah mengapa ia merasakan seluruh tubuhnya mati rasa, bahkan tidak mampu mengeluarkan suara dari mulutnya karena tidak ada respon lagi dari otaknya.

"Fajar, aku nggak bisa gerakin semua anggota tubuh aku..."

"Fajar, suara aku nggak bisa keluar...."

"Kepalaku rasanya sakit sekali, dan aku nggak bisa denger  suara dengan jelas seakan semuanya teredam."

"Lo kenapa?? Kenapa badan lo kaku kayak gini? Dimana yang sakit?" tanya Fajar, namun masih tidak ada respon. Alya hanya diam sambil memandanginya dengan tatapan yang tersirat rasa sakit. Fajar beralih mengguncang tubuh Alya, dan Alya masih tetap tidak memberikan respon apapun kepadanya

"Lo bisa denger suara gue, tapi kenapa lo nggak ngejawab gue? Gue mohon, jangan bikin gue khawatir." tanya Fajar dengan nafasnya yang tidak beraturan, sebelum kedua mata Alya terpejam kuat, dengan nafas dan denyut nadinya yang melambat yang justru membuat perasaan Fajar semakin tidak tenang.

"SIAPIN MOBIL SEKARANG JUGA!" teriak Fajar pada sahabatnya. Kazan dengan cepat bergerak dan melangkah dengan terburu - buru menuju parkiran. Fajar menggendong tubuh Alya dalam rengkuhannya, dan berlari menuju parkiran untuk membawa Alya ke rumah sakit. Satu sekolah dibuat heboh dengan yang terjadi dengan Alya.

"Bisa lebih cepet? Gue nggak mau sesuatu sampai terjadi sama dia!" kata Fajar membentak Kazan yang mengemudi mobil karena panik.

"Keselamatan yang utama! Lo mau kita kecelakaan dan mati?" balas Kazan balas membentak. "Ini udah batas maksimal yang gue bisa!"

Sesampainya dirumah sakit, Alya langsung dilarikan ke unit gawat darurat dengan alat bantu pernafasan yang terpasang ditubuhnya.

Fajar benar - benar frustasi, Alya benar - benar mengacaukan pikirannya saat ini, "Al, lo harus bertahan. Sebentar lagi, gue janji kalau lo bakalan baik - baik aja. Ada gue disini dan nggak akan ninggalin lo barang kali sedetik pun."

Penampilan Fajar terlihat berantakan, langkahnya terhenti tepat di pintu ruang unit gawat darurat, ia tidak bisa menemani Alya di dalam sana karena selain tim medis, dilarang masuk. Fajar beralih duduk di kursi memanjang, menyandarkan kepalanya di dinding dan menengadahkan kepalanya keatas. Perasaanya tidak bisa tenang selama pemeriksaan berlangsung. Ia berharap jika keadaan Alya akan baik - baik saja.

Ketika dokter keluar dari ruangan, Fajar dengan sigap menghampiri untuk menanyakan kabar Alya.

"Gimana keadaannya, dok? Dia baik - baik aja 'kan?" tanya Fajar dengan penuh harap. Ia sudah meyakinkan dirinya jika Alya akan baik - baik saja.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang