STIGMA-29

48.4K 7.6K 3.9K
                                    

Sebelum baca, tinggalin jejek vote dulu biar gak lupa. Wajib👉🏻

Absen yuk kalian baca cerita ini jam berapa?

•••

Setelah berakhirnya ujian akhir semester, akan diadakan kegiatan perkemahan setiap tahunnya, yang wajib diikuti oleh seluruh angkatan SMA Dawana. Tujuan kegiatan perkemahan tahun ini adalah puncak bogor. Alya yang sebenarnya sangat ingin menghindari kegiatan tersebut, mau tidak mau ia terpaksa untuk ikut. Semua barangnya sudah siap, dan juga sudah dimasukan kedalam bagasi mobil. Ia berangkat dengan diantar oleh sopir.

Sesampainya di sekolah, Alya diam mematung, merasa tidak yakin untuk masuk dan bergabung bersama yang lainnya. Terlebih lagi pandangan dirinya dimata semua orang, sangatlah buruk. Alya dengan cepat membalikan tubuhnya ketika Jelita menemukan keberadaanya diantara keramaian. Dalam hati ia sangat berharap Jelita bersama dua sahabatnya itu tidak menghampirinya.

"Ternyata lo ikut kegiatan ini juga? Gue kira lo nggak bakalan ikut. Oh iya lupa, ini kan kegiatan wajib." basa - basi Jelita. "Kenapa lo cuma diem disini? Nggak punya temen? Mending lo gabung sama gue, yuk." lanjutnya kemudian menggandeng tangan Alya dengan sok akrab, dan mengajak gadis itu bersamanya, sementara Norra dan Anindya diperintahkan untuk membantu membawa barang bawaan Alya.

Jelita membawa Alya pergi ke toilet, mendorong tubuh Alya hingga punggungnya menghantam dinding. Jelita menatap penampilan Alya, lebih tepatnya menilai penampilan gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kakinya untuk menilainya dengan bersedekap dada.

"Gue liat - liat kayaknya ada yang kurang deh sama penampilan lo hari ini, penampilan lo mau gue percantik nggak?" tanya Jelita menawari, kemudian ia memberikan isyarat kepada Norra untuk memberikan dirinya alat yang ia inginkan. Yaitu sebuah gunting.

Tangan kanan Jelita terhulur untuk meraih helaian rambut Alya dan memotongnya tanpa izin membuat Alya terbelalak. Ia segera mendorong tubuh Jelita menjauh darinya, karena ia merasa tidak terima rambutnya dipotong."Apa yang kamu lakuin?!" tanyanya marah.

Jelita berderap maju dan dengan cepat menjambak ujung rambut Alya hingga kepala gadis itu tersentak.
"Udah gue bilang, gue mau mempercantik penampilan lo! Lo pasti tambah cantik kalau botak," tegasnya, kemudian mengarahkan Norra dan Anindya untuk menahan tubuh Alya dari kedua sisi tubuh gadis itu.

Alya menggeleng dengan cepat, menolak."Ja-ngan, jangan lakuin itu. Aku sayang sama rambut panjang aku, aku nggak mau botak!"

Jelita tidak menghiraukan Alya, dan terus memangkas rambut panjang Alya, hingga dibeberapa bagian kepalanya menjadi botak. Alya menatap nanar potongan rambutnya yang berserakan dilantai dengan buliran air matanya yang perlahan jatuh namun dengan cepat ia serka. Jelita terlihat sangat puas melihat penampilan Alya, yang bahkan membuatnya kini tertawa keras. Ia menarik tubuh Alya untuk bangkit berdiri dan mendorongnya menuju cermin besar yang berada disana.

Alya menatap pantulan dirinya di depan cermin, penampilan benar - benar memalukan, dan pantas disebut orang gila. Semua orang pasti akan menertawakan dirinya dan mempermalukan dirinya lebih parah dari sebelum - sebelumnya. Bahkan ia tidak mempunyai keberanian untuk keluar dengan penampilan seperti ini.

"Gue bilang apa? Cantik 'kan?" tanya Jelita dengan sisa tawanya. Ia segera mengambil ponselnya dan momotret wajah Alya. Cahaya flash kini menyorot kearah Alya, membuatnya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Senyum dong?" ujar Jelita memaksa Alya untuk tersenyum, sementara Alya hanya menunduk dan menghindari sorot kamera tersebut. Alya buru - buru memasang tudung kepala dari jaket hoodie yang dikenakannya, sebelum Jelita kembali menyeretnya keluar toilet untuk menyapa yang lainnya.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang