STIGMA-36

48.2K 7.9K 2.8K
                                    

Apakah kalian siap dengan kejutan di part ini?

SPAM KOMEN "STIGMA STORY" SEBANYAK - BANYAKNYA DISINI👉🏻

Jangan lupa tinggalin jejak vote biar gak lupa!

•••

Seorang wanita dengan kisaran umur empat puluh tahun tengah memperhatikan Alya yang tengah menyendiri dari kejauhan, kedua lengan gadis itu penuh luka sayatan, dan ia mendapatkan informasi jika gadis itu selalu menyakiti dirinya sendiri setiap harinya dengan sembunyi - sembunyi dan mengelabui para perawat rumah sakit. Melihat keadaan gadis itu sangat kacau, hanya membuatnya dihantui rasa bersalah. Wanita itu terduduk disebuah kursi memanjang dan membasuh wajahnya.

"Maafkan aku Belinda," ucapnya pelan kemudian menarik nafas panjang, ia tidak bisa memaafkan dirinya karena gagal menepati janjinya."Maaf karena aku terlambat melindungi putrimu."

Flashback On.

Ia terkejut ketika menyadari kedatangan Belinda ketika ia sedang beroprasi dilapangan bersama tim divisinya. Penampilan wanita itu terlihat berantakan, mata wanita itu basah seperti habis menangis. Langkah wanita itu dihadang oleh bawahannya yaitu aparat kepolisian yang tengah berpatroli untuk melewati garis polisi yang melintang di tempat kejadian perkara kasus kebakaran. Namun wanita itu tidak putus asa mencari cara untuk bisa bertemu dengannya.

Ia dengan cepat menghampiri Belinda, ia memerintahkan bawahannya untuk melepaskan Belinda dan kembali melanjutkan tugas. Belinda, wanita itu langsung menggengam kedua tangannya dengan tangisnya yang pecah.

"Suamiku semakin gila, Melinda. Aku tidak tahu harus menghadapinya dengan cara bagaimana lagi. Dia bahkan menggunakan kekerasan kepada putriku," kata Belinda dengan nada pasrah dan sangat rapuh.

"Kita bicarakan semuanya di tempat yang nyaman. Ikutlah bersamaku," ajak Melinda. Ia terpaksa pemirsi lebih dulu kepada rekannya yang lain. Ia mengajak Belinda masuk kedalam mobilnya. Selama perjalanan, Belinda hanya menunduk dengan perasaan campur aduk.

"Tenangkan pikiranmu terlebih dahulu," ucap Melinda.

"Maaf karena aku selalu menganggu pekerjaanmu. Aku menemuimu selalu tidak tahu waktu," balas Belinda dengan merasa bersalah. "Aku tahu kamu sangat membenci sikapku ini."

"Namun bagaimanapun kamu adalah adikku," jawab Melinda dengan pandangan lurus kedepan.

"Jangan pernah menyesal, kamu harus mengingat keputusan apa yang sudah kamu ambil walaupun aku menentangmu sejak awal untuk menjadi wanita dengan kasta rendahan itu. Terlalu lucu jika kamu menyesal atas keputusan yang kamu ambil sendiri."

"Tapi sekarang aku benar - benar menyesalinya," lirih Belinda menangis. "Karena semua kesalahanku berimbas pada putriku."

"Tinggalkan suamimu dan bawa putrimu pergi bersamamu. Itu adalah jalan satu - satunya agar kamu dan putrimu tidak tersiksa." Melinda memberikan solusi.

Belinda mengangguk."Aku juga berencana seperti itu. Aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, aku tidak mau jika putriku yang tidak bersalah itu harus terluka karenanya."

Selanjutnya Belinda mengeluarkan sebuah lembar foto dalam bentuk cetak dan memperlihakannya kepada Melinda. Foto yang memperlihatkan satu keluarga besar yang tersenyum lebar kearah kamera. Ia menatap Melinda dengan sorot memohon.

"Aku tidak pernah tahu apa yang akan terjadi padaku nanti. Namun bagaimanapun keadaanku, aku akan berusaha keras untuk selalu melindungi putriku," kata Belinda kemudian menjedanya."Jika aku tidak bisa berada disisinya dalam waktu yang lama, aku mohon padamu untuk melindunginya. Lindungi dia dari semua orang yang ada di dalam foto ini, kecuali anak laki - laki termuda ini, karena dia sudah berjanji untuk melindungi adiknya. Walaupun dia masih berumur 13 tahun, tapi aku yakin janjinya bisa ku pegang, karena dari tatapan matanya, aku bisa melihat jika dia menyanyangi adiknya."

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang