STIGMA-56

36.1K 6.1K 531
                                        

Hai ketemu lagi, sumpah gak boong, bentar lagi STIGMA bakalan tamat😭

Sebelum baca vote terlebih dahulu ya, wajib!

•••

Alya bergeming dengan tatapan yang meminta kejelasan pada Wiguna. Semuanya terlalu mengejutkan untuknya, seumur hidupnya ia tidak mengatahui jika Wiguna bukan lah Ayah kandungnya. Wiguna bahkan tidak sanggup menatap mata Alya karena ia sudah menyimpan rahasia itu sendirian selama bertahun - tahun lamanya.

"Belinda saling mencintai dengan seorang pria yang merupakan kakak saya dan siap untuk menikah karena Belinda sudah mengandung mu dari hubungan mereka. Pria itu adalah pria yang sering Belinda layani. Pria itu meminta saya untuk membiayai Belinda dengan seluruh uangnya yang diberikan pada saya, karena waktunya di dunia ini tidak lama lagi, dan benar saja tidak lama dia meninggal namun Belinda sama sekali tidak mengetahuinya, dan menganggap bahwa pria itu sudah menelantarkannya tanpa bertanggungjawab," ungkap Wiguna menjelaskan semuanya dengan begitu rinci dan detail tanpa ada satupun yang terlewatkan.

"Sampai akhirnya uang pemberian dari Ayah kandungmu habis, saya mau tidak mau harus mengeluarkan seluruh uang pribadi saya untuk menghidupinya dan mengidupi kamu. Saya pernah tidak mengirimkan Belinda uang selama sebulan, dan dia nekad mendatangi rumah saya untuk meminta uang, saat itu ketika sebuah pesta sedang diadakan di rumah dan Belinda mengakui jika saya sudah menghamilinya, sehingga semua tahu jika Belinda adalah selingkuhan saya karena wajah saya dan kakak saya yang nampak begitu mirip."

"Awalanya saya sangat keberatan, saya sangat membenci Belinda dan kamu karena kehadiran kalian sudah merusak rumah tangga yang sudah saya bangun bersama Amara. Dan awalnya saya merawatmu hanya untuk membalas budi kepada kakak saya, tapi perlahan demi perlahan, saya mulai menyayangimu tanpa tahu bagaimana cara yang tepat untuk menyalurkan rasa kasih sayang itu," pungkas Wiguna, air mata Alya mengalir deras.

"Sekarang saya merasa lega karena bisa mengungapkan rasa sayang saya untuk kamu, maaf karena saya terlambat menyadari," Wiguna pun melanjutkan perkataanya.

"Aku sama sekali nggak peduli Papa siapa, karena tanpa Papa mungkin aku nggak akan bisa tumbuh sebesar ini setelah Mama pergi," ucap Alya dengan lirih dan tatapannya yang sendu. "Makasih karena udah mau nerima Alya, walaupun Alya bukan anak kandung Papa dan melalukan sesuatu yang bukan tanggungjawab Papa."

"Tapi semuanya aku jalani dengan rasa sakit dan tanpa harapan, Pa...." batin Alya.

•••

"Waktunya hanya sekitar dua bulan, angka harapan hidupnya bisa lebih panjang jika pasien mau secepatnta melakukan kemoterapi," jelas doktet Farhan kepada Wiguna.

"Putri saya menolak untuk melakukan kemoterapi, tetapi saya akan berusaha untuk meyakinkan dia untuk melakukan kemoterapi demi kesembuhannya," tekad Wiguna besar. Setelah ia keluar dari ruangan dokter Farhan, ia meminta sopir pribadinya untuk mengantarnya pergi mengunjungi tukang pangkas rambut.

Ia meminta kepalanya untuk dicukur habis dan menunjukkannya kepada Alya, sehingga gadis itu tidak perlu malu jika harus botak karena efek dari kemoterapi. Wiguna tersenyum lebar ketika melihat rambutnya perlahan dipangkas habis dari pantulan cermin di hadapannya.

Setelah kembali kerumah sakit, ia dengan bangganya memperlihatkan kepalanya tanpa sehelai rambut itu kepada putrinya. Alya membekap mulutnya tidak percaya saat melihat Wiguna memangkas rambutnya, bahkan tidak sedikitpun merasa malu.

"Papa kenapa botakin rambut Papa?" tanya Alya dengan dahi yang berkerut.

"Lihat nih, walaupun nggak punya rambut aja Papa tetap kelihatan tampannya 'kan?" tanya Wiguna dengan percaya dirinya membuat Alya pun tertawa dan merasa terhibur.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang