STIGMA-6

83.6K 11.3K 1.8K
                                    

Mau tanya dong, selain dari tt kalian tau cerita ini dari mana?

Udah siap penuhin setiap paragraf dengan komentar??

•••

Alya terlambat datang ke sekolah. Bibirnya nampak memucat. Ia meringis ketika ia terjatuh saking terburu - burunya hingga nyaris tertabrak oleh sebuah mobil yang melaju kencang. Membuat kedua lututnya lecet. Ponselnya yang ikut jatuh, bahkan hancur sebab terlindas oleh pengendara motor di area penyebrangan.

"KALAU NYEBRANG LIAT - LIAT, MAU SAYA TABRAK, HAH?!" teriak pengendara mobil dengan luapan emosi. Alya segera bangkit berdiri dan membungkukan tubuhnya sebagai tanda permohonan maaf.

Hari ini adalah jadwal kelompoknya melalukan presentasi. Devyra, Anzella, Mayra dan Dyan sudah meributkan mengenai kesiapan mereka. Ditambah lagi mereka semua frustasi karena Alya tidak kunjung datang. Kebetulan Alya lah yang ditugaskan untuk membawa bahan presentasi mereka hari ini. Sedari Devyra berusaha menghubungi nomor Alya namun berada diluar jangkauan. Saking kesalnya, Devyra melempar ponselnya dengan kasar ke atas meja.

"Dia gila apa??? Kenapa disaat kita butuh dia kayak gini malah ngilang nggak ada kabar?!" Devyra berjalan mondar - mandir tidak jelas."Dia mau numbalin nilai kita semua? Cih!"

"Lo bisa nggak sih diem tenang, Ra? Jangan malah mondar - mandir bikin kita makin pusing?!" jawab Dyan membentak. Ia sudah kehabisan kesabaran.

Devyra menggebrak meja,"Gue kayak gini juga lagi mikir buat nyari solusinya! Gue juga udah berusaha dari tadi hubungin dia. Gimana gue bisa tenang coba? Sementara nasib kita semua dipertaruhkan disini!"

"Lo kira gue juga nggak berusaha nyari solusi, hah?!" Dyan kembali meladeninya hingga suasana menjadi memanas.

"Kalian berdua kenapa sih? Malah jadi berantem. Berhenti!!" Anzella segera bergerak untuk melerai keduanya.

"Kalau nilai presentasi kita bolong, resikonya kita bisa nggak naik kelas? Fokus masalahnya memang cuma ada di Alya, kalian berdua nggak usah pakai acara saling nyalahin kayak gitu. Mau gimanapun kita udah bekerja keras untuk ngerjain tugasnya 'kan?" sahut Mayra. "Yang ada Alya yang cuma ditugasin buat bawa tugasnya dalam bentuk fisik doang tapi nggak dateng - dateng!"

Devyra langsung mencegat Fajar yang baru saja memasuki area kelas. Lelaki itu masih belum bisa menggunakan kakinya dengan maksimal akibat cedera karena kecelakaan.

"Jar, pacar lo kemana sih? Dia nggak mungkin nggak masuk sekolah hari ini 'kan?" tanya Devyra, namun Fajar bersikap acuh saat menanggapi pertanyaan itu.

"Jangan tanya gue, gue mana tau." jawab Fajar kemudian berlalu dari hadapan Devyra begitu saja.

"Tapi lo 'kan pacarnya, gimana sih?"

"Terus gue harus tau semuanya tentang dia, gitu? Semua yang terjadi sama dia juga gue harus tau? Nggak penting." jawab Fajar sangat acuh.

"Dia nggak ada ngabarin lo gitu? Contohnya lewat chat?" Gantian Mayra yang bertanya.

Fajar mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan kepada mereka semua,"Ribuan pesan masuk dari dia nggak pernah gue bales, bahkan buat bacapun gue males. Kalau gak percaya, liat aja sendiri."

"Fajar, aku udah nggak tau harus cerita sama siapa lagi, aku boleh cerita sama kamu? Aku udah capek ngomong sama diri sendiri di depan cermin."

"Fajar, aku nggak tau rasanya tidur nyenyak dan mimpi indah itu kayak gimana."

"Fajar, bisa nggak kamu bilang ke aku kalau semuanya bakalan baik - baik aja? Seumur hidup nggak ada seorang pun yang pernah nanya keadaan aku."

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang