STIGMA-44

38.7K 6.8K 304
                                        

Absen yuk di daerah kalian jam berapa?

Sesuai janji, cerita ini bakalan update tiap hari sampai ending💓

Jangan lupa votenya yaa karena aku butuh vote kalian semua. Sebelum baca, harap vote dulu. Wajib ya!

•••

Ada sedikit kebahagian di dalam hati Fajar ketika ia melihat Elen dan Roy bersama Rajasa tengah bersama diruang keluarga dan tertawa, mereka bertiga tengah mengingat kembali momen ketika Rajasa lahir ke dunia dalam sebuah album foto yang sudah berdebu. Menyadari keberadaan Fajar yang hanya berdiri sambil menatap dari kejauhan, Roy pun segera memanggilnya untuk mendekat dan bergabung.

"Fajar kamu kenapa diem disana? Ayo sini gabung sama kita bertiga," tanya Roy membuat Elen dan Rajasa menoleh dan menatap kearah Fajar secara bersamaan.

"Kakak, ayo kesini!" pinta Rajasa, Fajar pun tersenyum kemudian mendekat dan duduk diantara mereka. Rajasa langsung memperlihatkan sebuah foto dirinya bersama Fajar, kala itu Rajasa berumur satu tahun, sedangkan Fajar sudah berumur tepat sepuluh tahun. Terlihat Fajar memeluk tubuh Rajasa dengan tersenyum lebar kearah kamera.

"Rajasa waktu kecil ganteng enggak kak???" tanya Rajasa dengan senyum cerianya.

"Ganteng dong, kan adiknya kakak. Semakin besar gantengnya nambah," puji Fajar membuat Rajasa bersorak senang karena menerima pujian itu yang membuatnya menjadi sangat percaya diri.

Fajar mulai ikut membedah beberapa album foto lama untuk mencari fotonya ketika bayi, namun yang ia temukan hanyalah fotonya yang sudah menginjak dewasa. Fajar menatap Elen dan Roy secara bergantian."Ma, Pa, foto aku saat masih bayi mana? Aku pengen liat."

Elen dan Roy sama - sama diam, tidak bisa menjawab, membuat Fajar merasa sangat curiga. Bagaimana dirinya tidak memiliki satupun foto ketika ia bayi? Jika memang benar ia adalah putra dari Elen dan Roy, sudah pasti ia akan mempunyai banyak foto yang diambil ketika ia masih bayi dan disimpan dengan apik.

"F-foto bayi kamu ada kok, disimpan di tempat yang beda, nanti Mama sama Papa carikan ya," ujar Elen gelagapan, sangat nampak jelas jika Elen sedang berbohong. Ada perasaan mengganjal dalam hatinya, ia merasa ada yang sedang mereka berdua sembunyikan darinya.

Apakah mungkin ia bukan anak kandung mereka? Fajar tetap duduk diam dengan pandangan kosong yang mengarah lurus kedepan, ketika Elen dan Roy sudah beranjak pergk, begitu juga Rajasa yang sudah dibantu oleh mereka untuk kembali ke kamarnya hingga meninggalkan Fajar sendirian di ruang keluarga dengan berbagai macam pikiran buruk yang berkelabat dalam otaknya. Ia merasa harus mencari tahu, dari pada pikiran dan hatinya menjadi tidak tenang seperti saat ini, yaitu dengan mencari dokumen asli akta kelahirannya. Ia mencari dengan susah payah karena ia tahu dokumen penting seperti itu pasti tersimpan rahasia.

Kedua kaki Fajar mendadak lemas ketika melihat sendiri bukan nama panjang Elen dan Roy yang tertulis sebagai orang tua kandungnya namun nama orang lain yang tidak ia kenali. Tubuhnya merosot hingga berakhir terduduk lemas di atas lantai. Ia membisu dalam beberapa detik dengan sekujur tubuhnyanyang dingin. Ia menundukkan kepalanya dalam, kedua tangannya terkepal sangat kuat. Ia marah dan kecewa, kenapa mereka menyembunyikan hal ini selama bertahun - tahun lamanya. Hingga ia sadar, jika alasan Elen dan Roy bertahan dalam hubungan suami istri adalah bertahan demi anak kandung mereka, yaitu Rajasa, bukan termasuk dirinya.

Fajar mendatangi atap rumahnya, ia berdiri di ketinggian, ia berteriak kencang untuk mengekpresikan perasaanya dan membuang semua energi negatif dalam dirinya. Tanpa ia sadari jika hidupnya yang penuh masalah itu bukan karena keadaan, namun tuhan maunya seperti itu. Bahkan semua masalah itu perlahan mengacaukan dirinya, terutama mengacaukan hati dan pikirannya.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang