STIGMA-33

45.6K 7.4K 1.9K
                                    

Haii kangen nggak? Masih setia lanjut baca sampai end?

Spam komen STIGMA di sini sebagai antusias kalian👉🏻

•••

Hari ini adalah ulang tahunnya, namun tidak ada yang spesial untuknya, bahkan tidak berarti apa - apa. Hari ulang tahunnya berlalu seperti hari biasanya yang terasa gelap dan suram. Lima tahun yang lalu, terakhir kalinya ia merayakan ulang tahunnya, ulang tahunnya hanya akan terasa spesial jika dirayakan bersama alm Belinda. Rasanya ia sangat ingin mengulang waktu, dan menikmati saat - saat Belinda berada disisinya dan selalu ada untuk dirinya. Untuk sekedar mengusap punggungnya dan menghapus air matanya ketika ia sedang tidak baik - baik saja.

Alya mengunjungi ruang kerja Wiguna, dan mengetuk pintu sebanyak tiga kali sebelum ia memutuskan membuka pintu dengan perlahan agar tidak menganggu kegiatan Wiguna di dalam. Wiguna terlihat sedang sibuk berkutat dengan laptop dihadapannya, dan sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Alya disana.

"Pa, sekarang hari ulang tahun Alya, Papa inget nggak? Alya udah delapan belas tahun loh sekarang,"tanya Alya kepada Wiguna.

"Lebih bagus lagi kalau hari ini bisa jadi hari kematian kamu," jawab Wiguna nyelekit dihati Alya.

"Alya udah semakin besar tapi nggak pernah dapet kesempatan untuk bersandar di bahu Papa dan menangis disana. Kenapa bahu Papa terlalu jauh untuk aku bersandar? Alya juga pengen dipeluk, satu detik aja," lanjut Alya membatin.

"Pa, boleh nggak Alya minta satu hal sama Papa khusus dihari ulang tahun Alya?" tanya Alya kemudian menjedanya."Alya mau ketemu sama Mama. Disaat Mama pergi Papa nggak ngizinin Alya untuk lihat Mama yang terakhir kalinya, boleh kan kalau Alya pengen ketemu sama Mama hari ini?"

"Sekalian saja susul dia mati, saya tidak peduli!" balas Wiguna dengan membentak kasar. Kemudian menghela nafas gusar."Jangan ganggu saya, kamu tidak lihat saya lagi sibuk? Pergi dari ruangan saya!" lanjut Wiguna setengah membentak dengan isyarat perintah. Wiguna menggiring Alya untuk keluar dari ruangannya dan membanting pintu dengan kasar.

Melihat sikap Wiguna yang acuh dan tidak peduli mengenai apapun tentang dirinya membuat Alya semakin ingin menyusul Belinda ke tempat yang jauh. Alya tiba - tiba saja terpikirkan ide untuk membuat masakan untuk Wiguna, ia tahu jika Wiguna pasti lelah setelah bekerja.

Alya pergi ke dapur dan memasang celemek ditubuhnya. Ia tidak pandai memasak, dan hanya mengikuti resep dari tayangan memasak di televisi. Ia membuatnya dengan banyak cinta untuk Wiguna. Ia memasak menu ayam lada hitam, dan berharap makanan tersebut enak dan Wiguna menyukainya. Setelah selesai, ia menata makanan tersebut di kamar Wiguna dan menyelinap sebuah kertas dibawah piring. Dan menitip pesan kepada Bi Surti, salah satu pelayan di rumahnya.

"Jangan disingkirin ya makannya sampai Papa mau makan makanan ini," ujar Alya.

"Baik non," jawab Bi Surti.

"Dimakan yaa Pa, Alya masakin ini sepenuh hati untuk Papa. Walaupun kelihatannya nggak menarik, tapi dijamin rasanya lumayan enak. Semoga suka ya, Pa!❤️"


•••

Ketika hari beranjak sore, Alya mendatangi tempat peristirahatan Belinda. Makam Belinda terlihat ditumbuhi oleh rerumputan dan sangat tidak terawat. Oleh sebab itu Alya membersihkan makam Belinda dengan mencabuti semua rerumpuan dan menaburi bunga diatas gundukan tanah hingga terlihat lebih cantik. Alya tersenyum dan mengusap batu nisan yang terukir nama alm. Tanpa disadari air matanya terjun begitu saja, ia terduduk tepat disamping makam Belinda. Ia sangat merindukannya melebihi apapun. Ia lebih dulu melafalkan sederet doa untuk Belinda.

STIGMA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang