Absen dong kalian pembaca baru atau lama?
Penuhin setiap kalimat dengan komentar kalian ya
•••
Mulai esok hari akan berlangsung pelaksaan ujian akhir semester ganjil. Selama satu minggu belakangan ini, otak Alya dipaksa untuk terus bekerja walaupun dirinya sendiri tidak mampu. Satu harian penuh ia gunakan hanya untuk belajar dan belajar. Amara selalu mengawasinya setiap saat. Tuntutan untuk menjadi sempurna sudah terekam dalam ingatannya.
Jam menunjukan pukul satu dini hari, matanya sudah mengantuk dan hampir tertidur, namun dengan cepat Amara meraih segelas air yang berada diatas meja belajar Alya itu dan menyirami wajah Alya, membuat Alya sontak membuka kedua matanya lebar dan mulutnya yang juga sedikit terbuka untuk menarik nafas. Apa yang dilakukan oleh Amara itu membuat Alya terkejut bukan main.
"Apa yang kamu lakukan?! Kamu baru saja tertidur sebelum kamu selesai?" tanya Amara setengah membentak.
"Maaf, Ma. Alya ketiduran karena ngantuk, Alya boleh tidur sekarang nggak, Ma?" tanya Alya dengan kondisi tubuhnya yang lemas.
"Kamu tidak boleh tidur sebelum Mama mengizinkanmu!"
Alya memegangi perutnya yang mengeluarkan suara, iya, perutnya sedang lapar. Ia kembali menaikan pandangannya untuk menatap Amara,"Kalau makan, boleh? Alya belum ada makan dari tadi siang. Alya lapar, Ma. Jadinya Alya nggak bisa fokus belajar."
"Jangan beralasan kamu. Bilang saja kalau kamu malas belajar 'kan? Dasar kamu anak pemalas." ujar Amara sembari menoyor kening Alya menggunakan jari telunjuknya berulang kali diakhir kata dari setiap kalimat yang ia lontarkan untuk Alya.
"Semua orang tahu kalau kamu itu bodoh!"
"Kamu tidak bisa diandalkan dalam segala hal!"
"Kamu anak tidak berguna dikeluarga ini!"
"Kamu adalah beban semua orang!!"
Alya diam dan menerima perlakuan Amara yang selalu menjelekkan dirinya secara terang - terangan sebelum akhirnya ia berteriak kencang sambil menutup kedua telinganya kuat hingga suaranya memenuhi ruangan. Suara di dalam kepalanya sudah cukup berisik dan mengganggunya, rumus matematika yang berputar di dalam otaknya ditambah lagi dengan setiap kalimat yang Amara tekankan hingga membuat kepalanya seakan ingin meledak.
Kini Alya sudah seperti orang kerasukan, ia menyapu bersih meja belajarnya dengan kedua tangannya sampai seluruh buku berjatuhan di lantai, ia juga melempar semua barang yang berada disekitarnya, termasuk barang pecah belah. Alya sudah sangat frustasi kali ini. Alya melempar sebuah gelas kaca kearah cermin dimeja riasnya hingga pecah. Kedua telapak tangannya sudah mengeluarkan darah segar dikarenakan ia mengenggam kuat pecahan kaca dengan keruncingan tajam yang berhasil melukainya.
Alya berakhir berjongkok dengan kembali menutup telinganya dengan kuat, perasaanya sangat campur aduk, bahkan ia sendiri tidak bisa menggambarkan perasaanya saat ini,"B-berhenti! Ke-pala aku serasa mau meledak." katanya dengan berteriak hingga suaranya nyaris habis dengan nafasnya yang tidak stabil. Kalimat yang Amara ucapkan terus terbayang dalam ingatan Alya, walaupun Amara kini sudah diam tidak bersuara.
Kegaduhan yang telah terjadi itu mengundang kehadiran Wiguna yang segera mencari tahu dimana sumber kegaduhan tersebut terjadi yang ternyata berasal dari kamar Alya. Terlihat tidak ada satupun yang berani bertindak untuk menjaga diri tetap aman, yaitu para pelayan, termasuk juga Amara yang sudah menjaga jarak. Melihat kedatangan Wiguna, Amara lantas menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA (SELESAI)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA] [GENORAZORS SERIES 2] Aralya Rylie Millano, hidupnya tidak seindah senyumannya yang selalu ia perlihatkan pada dunia. Ia terlahir karena hubungan satu malam. Selain keluarga besarnya, ayahnya, semua orang juga...