• Radesta : ke empat, berbagi cerita •

814 153 14
                                    

Hujan rintik-rintik mulai membasahi langit Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan rintik-rintik mulai membasahi langit Jakarta. Radesta dan Renjani yang tengah berlari akhirnya memutuskan untuk berteduh di sebuah warung kecil yang sudah tutup. Radesta masih belum melepaskan genggaman tanganya. Renjani pun tidak sadar kalau keduanya sedari tadi bergandenngan tangan.

"Sorry, gue gak maksud apa-apa." Tiba-tiba saja Radesta membuka pembicaraan dengan meminta maaf pada Renjani.

"Gak papa kok, santai aja. Untuk tadi makasih ya, lo udah selamatin gue dari bajingan kaya Galang." Renjani tersenyum cerah ke arah Radesta.

Radesta baru sadar kalau hal yang ai lakukan akan menimbulkan masalah untuk hidupnya. Ilyas pernah bercerita kalau anak SMA Taruna memiliki ketua geng yang sangat kejam, bahkan Ilyas pernah memperlihatkan foto dari si ketua geng itu. Dan Radesta baru sadar kalau orang yang ia tending tadi adalah ketua geng SMA taruna.

Tak bicara apa-apa pada Renjani Radesta segera meninggalkan warung itu dan berbalik arah untuk mengambil sepedanya yang ia tinggal begitu saja di pekarangan rumah orang lain.

"Hei, mau kemana?" Tanya Renjani mengikuti langkah kaki Radesta.

"Gue mau balik." Jawab Radesta semabri memarkirkan sepedanya untuk berlalu dari sana.

"Hei, ini kan masih hujan, kenapa pergi gitu aja?" Tak henti-hentiya Renjani bertanya pada Radesta.

"Gak usah ikutin gue." Jawab Radesra ketus.

Namun Renjani tak berputus asa untuk mengajak Radesta berbicara. Ia akan tetap berusaha sampai laki-laki yang menolongnya ini mau menatap matanya dan berbicara.

"Gue mau ikut lo"

Tidak ada jawaban. Radesta hanya fokus melihat kedepan, seolah-olah tidak ada Renjani disisinya. Renjani mulai kesal. Akhirnya Renjani berjalan lebih dahulu lalu menyetop Radesta. Kini mata Renjani dan Radesta bertatapan.

"Kenapa jalannya cepet banget sih?!" Renjani berteriak.

"Gue mau balik, lo kenapa sih malah haling-halangin?"

"Gue mau ikut sama lo!"

"Rumah lo dimana? Biar gue anterin lo balik. "

"Gue gak punya rumah. Rumah yang gue punya buakn tempat paling nyaman untuk gue tinggali, tapi rumah yang paling gue benci."

Radesta bingung harus menjawab apa. Akhirnya mereka berjalan berdua di jalan yang sudah basah terguyur hujan. Di perjalan Renjani meminta Radesta untuk duduk berdua denganya di tepi jalan fly over, sambil melihat lalu lalang kendaraan.

"Sorry ya, lo jadi harus berantem sama Galang. Lo gak papa kan?" Tanya Renjani membuka obrolan.

"Gue gak papa. Lagian kalau gue di posisi lo pasti gue juga butuh pertolongan."

Renjani membuka tasnya yang basah, lalu mengerluarkan satu plester luka, untuk ia tempelkan pada luka-luka yang ada di wajah tampan milik Radesta.

"Kalau lagi gak kenapa-kenapa itu bilang. Sini biar gue ganti plesternya." Renjani membuka plester basah di wajah Radesta lalu menempelkan yang baru. Tak lupa memberikan salep pereda rasa nyeri.

Radesta Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang