• Radesta : ke lima puluh satu, hari yang dinantikan •

326 38 27
                                    

Sinar matahari pagi hari ini tidak tampak di Belanda, Renjani baru saja bangun dari tidurnya disana masih ada Radesta yang sedang tertidur lelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari pagi hari ini tidak tampak di Belanda, Renjani baru saja bangun dari tidurnya disana masih ada Radesta yang sedang tertidur lelap. Posisinya masih sama seperti saat Renjani tidur di atas pahanya. Dengan langkah yang pelan Renjani pergi meninggalkan Radesta dan segera membersihkan dirinya juga bersiap.

Jam dinding sudah menjunjukan pukul sepuluh waktu Belanda. Sedari tadi polsen Radesta terus bergetar namun Renjani tidak ingin melihat isi ponselnya. Radesta masih terlelap tidur. Kini Renjani sedang menggeledah dapur juga kulkas apartement Radesta, syukurlah banyak makanan disini jadi Renjani bisa memasakan sesuatu untuk Radesta.

Saat Radesta sedang tertidur lelap tercium bau nasi goreng yang meyengat, sangat harum karena hal itu jugalah Radesta segera bangun dari tidurnya dan mencari keberadaan Renjani di dapur.

“Selamat pagi Renjani sayang,” kata Radesta sambil memeluk Renjani dari belakang.

“Pagi Radesta, kalau bangun tidur itu cuci muka bukan malah peluk orang kaya gini.”

“Aku kangen, makannya aku peluk kamu.”

Renjani terkekeh mendengar jawaban Radesta, lalu Renjani melepaskan pelukan Radesta dan menatap mata Radesta yang belum sepenuhnya terbuka. Namun entah kenapa Radesta malah terlihat semakin tampan.

“Gak adil banget, kamu bangun tidur kok tambah ganteng sih!” ucap Renjani.

Radesta kembali memeluk Renjani dan menengelamkan wajahnya kedalam rambut Renjani. wanginya masih sama seperti dulu.

“Renjani, kamu tuh lucu tahu gak? Kita nikah aja lah sekarang!”

“Dasar, masih pagi tahu udah gombal aja, duduk sana aku udah bikin nasi goreng buat kamu.”

Radesta menurut dan duduk di meja makan, menunggu Renjani menyiapkan nasi goreng untuknya, mata Radesta tidak bisa lepas memandangi Renjani yang kini sedang memasak dihadapannya. Radesta tidak bisa membayangkan akan sebahagia apa Radesta nanti setelah menikah dengan Renjani.

“Kamu ambil cuti kuliah enggak?” tanya Radesta.

“Iya aku ambil cuti, kalau kamu?”

“Enggak, hahaha aku lupa. Aku tuh gak mikirin apa-apa waktu mau ke Indonesia buat ketemu sama kamu Renjani.”

Renjani membalikan wajahnya dan menghampiri Radesta. Menggenggam tangan laki-laki itu dengan lembut, sambil menatap mata Radesta Renjani bicara dengan pelan.

“Maaf ya aku udah buat kamu terluka, dan Radesta terima kasih untuk semua yang udah kamu lakukan buat aku.”  

“Jangan pernah minta maaf soal apa pun Renjani, kita mulai semuanya dari awal lagi, kita bangun hubungan baru yang lebih indah dari sebelumnya. Aku sayang sama kamu.” Ucap Radesta kembali memeluk Renjani.

” Ucap Radesta kembali memeluk Renjani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Radesta Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang