• Radesta : ke tiga puluh empat, sendiran dan kesepian •

262 48 22
                                    

"Ayah!!!" Teriak Radesta yang kini baru sampai di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah!!!" Teriak Radesta yang kini baru sampai di rumah.

"Kenapa Radesta? Harusnya kamu itu ucapkan salam dulu bukan teriak-teriak," jawab ayah.

Napas Radesta memburu, wajahnya memperlihatkan kalau kini Radesta sedang marah. Ayah yang baru saja keluar dari kamar terlihat heran melihat Radesta padahal tadi dia baik-baik saja.

"Jawab pertanyaan Radesta dengan jujur."

"Pertanyaan apa sih? Duduk dulu biar amarahnya redam!" titah ayah, namun Radesta tidak mendengarkan.

Mata Radesta memerah Radesta berusaha menahan tangisnya, tangan Radesta juga mengepal kuat sebelum akhirnya Radesta berani bertanya pada ayah.

"Kenapa perusahaan ayah bisa bangkrut? Itu bukan perusahaan ayah aja kan, itu juga perusahaan milik teman ayah."

"Perusahaan apa Radesta? Kamu itu kalau ngomong kok ngelantur," jawab ayah asal.

Radesta sudah kehabisan kesabaran, tatapan matanya yang nyalang kini menatap mata ayah.

"Radesta tahu kalau perusahaan ayah bangkrut karena ayah korupsi. Dan asalkan ayah tahu teman ayah meninggal karena ayah, karena ayah udah buat dia sengsara dia sakit-sakitan ayah," Radesta tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Kamu ini ngomong apa sih!!" satu tamparan mendarat di pipi Radesta.

"Pukul aja pukul! Aku gak pernah mau punya ayah seorang koruptor!"

Tanpa mau mendengarkan jawaban, Radesta berlari ke luar rumah dan mengendarai motornya. Radesta tidak tahu harus pergi kemana Radesta hanya sendiri di temani sepi juga luka yang Radesta punya rasanya tidak akan pernah bisa sembuh.

Hujan di langit Jakarta semakin lebat, bahkan kini Radesta tidak memakai jaket tubuh Radesta mulai mengigil karena kedinginan Radesta juga bingung harus pergi kemana. Namun hati dan perasaan Radesta menuntun Radesta untuk kembali ke rumah sakit dan menemui Renjani.

Di rumah sakit Renjani mulai tersadar, jari jemarinya mulai bisa di gerakan perlahan mata Renjani juga terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah sakit Renjani mulai tersadar, jari jemarinya mulai bisa di gerakan perlahan mata Renjani juga terbuka. Memperlihatkan Bagas, ibu dan juga ayah tiri Renjani mereka terlihat begitu senang saat tahu kalau kini Renjani sudah tersadar.

Radesta Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang