• Radesta : ke dua puluh satu, teruslah bahagia Renjani •

351 63 37
                                    

⚠ peringatan, semua adegan kekerasan dan umpatan yang ada di dalam cerita tidak untuk di tiru ⚠

⚠ peringatan, semua adegan kekerasan dan umpatan yang ada di dalam cerita tidak untuk di tiru ⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radesta sedang bersiap-siap untuk menjemput Renjani. Radesta sudah tampil rapih karena kini Radesta dan Renjani akan bertemu dengan Radista. Awalnya Renjani menolak, namun Radesta berhasil meyakinkannya.

Dalam perjalanan menuju rumah Renjani, Radesta tidak berhenti bersenandung ria. Ingatan demi ingatan saat Renjani tersenyum terus terulang di pikiran Radesta. Radesta merasa sangat bersyukur dan juga bahagia karena bisa dipertemukan dengan Renjani.

"Selamat pagi Radesta!!" Sapa Renjani yang sedari tadi menunggu Radesta.

"Bahagia banget kayanya." Jawab Radesta.

"Ya bahagialah kan mau ketemu sama Radista."

Radesta mengikatkan rambut Renjani sebelum memakaikan helm. Setelah memakaikan helm untuk Renjani. Radesta melihat wajah Renjani dengan seksama. Masih seperti biasa Renjani terlihat sangat cantik.

"Gitu amat liatinya, kenapa? Cantik ya?"

"Iya cantik. Makannya gue suka."

Renjani tersipu malu, dan mengarahkan pandangannya kearah lain. Padahal kini Radesta sedang menatap Renjani dengan penuh cinta.

"Ayo jalan. Katanya mau ketemu Radista, malah bengong disini." Renjani berusaha mengubah topik.

Radesta tidak menjawab hanya memberikan senyuman paling indah yang Renjani suka. Dalam perjalanan menuju rumah ibu Radesta dan Renjani juga banyak berbincang dan tertawa. Seolah-olah kini yang ada dalam diri mereka hanya kebahagiaan bukan luka.

"Rumah ibu lo gede juga ya. kayanya orang se kampung bisa tidur disini."

"Gue kabarin Radista dulu, biar dia jemput kita disini."

"Gue takut. Gue takut Radista gak suka sama gue." Renjani merasa sangat cemas.

"Kenapa harus takut? Gue aja suka kok sama lo."

"Radesta!!" Renjani memukul Radesta.

"Iya bercanda. Radista pasti suka kok sama lo. Asalkan lo harus pinter matematika."

"Ya ampun, gue gak bisa matematika, jadi Radista gak akan suka gue?"

Radesta yang mendengar dan melihat ekspresi wajah Renjani tertawa, bagaimana bisa ada orang sepolos ini. Padahal Radesta mengatakannya sebagai candaan tapi Renjani malah menganggapnya serius.

Terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat mengarah ke luar gerbang tempat Radesta dan Renjani menunggu. Tak lama setelahnya muncul sosok Radista yang terlihat sangat bahagia.

"Mas Radesta! Radista kangen banget sama mas Radesta!!" Radista berlali kearah Radesta dan memeluknya dengan erat.

"Mas Radesta juga kangen sama Radista. Gimana kabar Radista?"

Radesta Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang