• Radesta : ke enam belas, hari-hari tanpa adanya dirimu lagi •

406 78 25
                                    

Renjani sedang melamun di kamarnya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjani sedang melamun di kamarnya saat ini. Menatap jauh kelangit melihat bulan dan bintang yang entah kenapa mala mini tidak mau memancarkan sinarnya. Bayangan saat bersama Radesta terus terputar di kepala Renjani.

"Kenapa gue harus kenal sama dia Tuhan!" Ucap Renjani frustasi sambil mengacak rambut panjangnya.

"Lo pikir Radesta, mau nolongin lo. Lo siapanya Radesta Renjani." Renjani bicara pada dirinya sendiri.

Angin malam semakin kencang terasa. Akhirnya Renjani memutuskan untuk mengambil baju hangat miliknya. Saat Renjani membuka lemari pakaian ada jaket milik Radesta disana, jaket yang Radesta pinjamkan untuk Renjani saat setelah Renjani di turunkan di jalan raya oleh Galang.

"Kenapa jaket dia masih ada di gue?"

Renjani frustasi, saat mati-matian Renjani mencoba melupakan Radesta. Tapi barang-barang milik Radesta malah ada pada Renjani. Sungguh Renjani ingin berteriak ke kencang-kencangnya Renjani ingin bilang kalau kini Renjani ingin melupakan Radesta.

Ketukan pintu kamar terdengar, dengan ogah-ogahan Renjani membuka pintu kamar itu. Ada ibu di sana dengan satu kantung kresek martabak keju susu kesukaan Renjani.

"Nih dimakan, besok hari minggu. Kamu ikut ibu ke butik."

"Renjani gak mau disana ada bunda Galang. Renjani gak mau ada hubungan apa-apa lagi sama keluarga mereka bu." Jawab Renjani.

"Kamu tahu kan, kalau kamu tinggalin Galang itu sama aja berarti kamu juga mau hidup kita sengasara Renjani. Ibu kerja di butik bunda nya Galang. Dia yang batu kita setelah ayah meninggal Renjani." 

"Ibu gak tahu apa aja hal yang udah Galang laku kan ke Renjani. Renjani cape bu, Renjani gak mau jadi budak Galang untuk selamanya. Renjani mau hidup bebas tanpa aturan ibu dan Galang."

Renjani pergi meninggalkan rumah dengan jaket Radesta yang masih Renjani pegang. Menyusuri jalanan Jakarta adalah hal biasa yang sering Renjani lakukan. Renjani tidak suka di rumah rasanya sumpek.

"Gue kira lo orang yang di kirim Tuhan untuk gue Radesta. Ternyata gue salah lo sama aja seperti laki-laki lainnya sama-sama brengsek."

Tubuh Renjani mulai lemas, rasanya leukemia yang Renjani punya mulai kambuh karena beberapa hari kebelakang Renjani tidak meminum obat-obatannya. Tubuh Renjani akan tumbang namun ada seseorang yang berhasil menahannya dan setelahnya Renjani benar-benar pingsan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Radesta Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang