• Radesta : ke empat puluh lima, apakah ini takdir tuhan? •

265 45 5
                                    

Jam dinding yang terpasang menunjukan angka pukul empat dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam dinding yang terpasang menunjukan angka pukul empat dini hari. Renjani baru saja bangun dari tidurnya. Renjani segera bangkit dan mencuci wajahnya lalu merapikan baju-baju yang akan ia bawa ke Amsterdam selama empat hari.

"Jangan bawa banyak-banyak deh nanti berat," kata Renjani pada dirinya sendiri.

Saat sedang merepapikan pakaian ada satu baju yang ingin sekali Renjani bawa, ia hoodie milik Radesta yang saat itu Radesta berikan. Meski sempat ada di Bagas kini hoodie itu kembali bersama Renjani. Karena di Belanda juga sedang musim dingin maka Renjani memutuskan membawa hoodie itu bersamanya.

"Gue kangen lo Radesta."

Kegiatan membereskan barang-barang yang akan dibawa Renjani masih terus berlanjut, namun Renjani dikagetkan dengan kedatangan ibu. Ibu memberikan isyarat pada Renjani untuk duduk disebelahnya.

"Semuanya udah siap?" tanya Ibu.

"Udah kok, tinggal berangkat nanti jam enam, Renjani mau ke bandaranya."

Pelupuk mata ibu tiba-tiba saja berair. Renjani yang melihat itu langsung memeluk ibunya dengan erat. Renjani juga tidak ingin meninggalkan ibu namun Renjani butuh waktu sendiri untuk menyebuhkan segala lukanya.

"Sekarang anak ibu sudah besar ternyata, sudah bisa pergi ke luar negeri sendiri," kata ibu sambil membelai rambut hitam panjang milik Renjani.

"Di sana, baik-baik ya sayang ibu akan selalu nunggu Renjani pulang."

Renjani mendongak melihat ibu yang kini posisinya lebih tinggi dari Renjani. Renjani mengusap pipi ibu yang penuh dengan air mata.

"Ibu gak usah khawatir, Renjani pasti pulang kok kan disini ada ibu."

"Maafin ibu yang terus kasih luka untuk kamu Renjani." Kini ibu menangis tersedu-sedu.

"Semuanya udah berlalu, jadi ibu gak usah minta maaf. Renjani udah memulai hidup baru tapi Renjani mau ibu jangan mencoba mendekatkan Renjani dengan Bagas lagi."

Ibu mengangguk dan semakin mengencangkan pelukannya pada Renjani. Ibu juga mencium kening Renjani setelahnya Renjani mandi dan bersiap untuk pergi ke Belanda.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Radesta Diary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang