6. Titik terang

6.5K 738 48
                                    

Barangkali ada kata yang tidak sempat di ucapkan padanya yang tengah bimbang oleh keadaan, tentang bagaimana indahnya mengutarakan perasaan namun terhalang oleh keraguan.

•••

Akhir-akhir ini Gulf menjadi aneh, anak itu menjadi lebih sering melamun dan terdiam entah karena apa. Terkadang jika malam tiba ia akan tidur sangat larut, Mew ingin bertanya tetapi aura di sekitar istrinya itu terasa sangat negatif.

Seperti saat ini, mereka sedang menikmati sarapan dan sejak tadi Gulf hanya mengaduk-aduk soup-nya, Mew tidak tahan lagi.

"Ada apa denganmu?"

Gulf mengangkat kepalanya, menatap netra sekelam malam suaminya tanpa minat. "Memangnya kenapa?"

Mew meletakkan sendoknya, "Kau terlihat sangat murung akhir-akhir ini. Ayo katakan ada apa?"

Gulf terdiam sebentar, Mew menyadarinya ternyata.

"Tidak ada, mungkin itu hanya perasaanmu saja."

Setelahnya kembali hening, Mew melepaskan Gulf kali ini.. mungkin nanti ia akan mencoba lagi.

"Aku selesai," Tanpa mau berpamitan kakinya melangkah menuju pintu rumah lalu menghidupkan motornya.

Melaju membelah jalanan dan meninggalkan Mew yang menatap soup tidak berminat.

"Aneh."

.
.
.

"Bright."

Yang dipanggil menghentikan permainan di ponselnya, lalu menatap Mew penuh tanya.

"Menurutmu.. apa yang menyebabkan seseorang berubah begitu cepat? Maksudku, dia tampak berbeda dari biasanya." Menatap sebuah figura foto yang disimpan dalam laci meja kerjanya, foto Gulf memakai seragam sekolah.

"Bagaimana kau bisa menyadari bahwa dia berbeda dari biasanya?"

"Sikapnya, yang semula menyebalkan kini menjadi sangat tenang tak terbaca." Sedikit banyaknya Mew mengkhawatirkan istri kecilnya itu.

"Mengapa kau begitu terganggu, Gulf mungkin memiliki alasannya tersendiri." Bright terkekeh pelan, ia dapat dengan mudah menebak siapa sosok yang di keluhkan oleh sahabatnya ini.

Siapa lagi jika bukan Gulf.

Mew mendengus kesal, "Seharusnya aku langsung menyebut namanya. Aku tidak terganggu, hanya tidak suka. Aku tidak suka ketika dirinya mengabaikanku."

Bright menatap Mew serius, "Kau mulai mencintainya?"

Cinta?

Mew meletakkan bolpoinnya, Bright sepertinya tidak paham.

"Bagaimana bisa aku mencintai dua orang dalam satu waktu?"

Seharusnya Bright tidak bertanya, Mew itu masih belum melepaskan Namtan yang artinya pria itu masih menaruh perasaan pada gadis itu. Sebaliknya dengan Gulf, sadar atau tidak sadar.. Mew hanya menganggap Gulf itu sebagai adik.

Tidak lebih, katanya.

Pria itu sangat tahu bagaimana caranya menjaga perasaan orang lain, dan Gulf adalah contoh nyata dari keberhasilannya dalam bersikap.

.
.
.

Hari ini Gulf berjalan sendiri menuju Caffetaria sekolah seorang diri karena Win dan Phuwin tidak masuk, entah apa alasannya nanti ia akan menanyakannya pada mereka.

Raut wajah Gulf begitu datar tak terbaca bahkan ketika sedang mengisi perut, ia hanya mengerutkan kening lalu mengangguk puas akibat kekenyangan.

"Gulf Kanawut?" Panggil seorang pria dengan simbol OSIS di bahu atas lengan kirinya.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang