33. Rasa tebunya sudah hambar

4.2K 497 7
                                    

Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti. Pada akhirnya yang bisa membuktikan cuma waktu.
- 𝑹𝒆𝒄𝒕𝒐𝒗𝒆𝒓𝒔𝒐, 𝑫𝒆𝒆 𝑳𝒆𝒔𝒕𝒂𝒓𝒊 -

•••

Sudah menjadi kebiasaan bagi Mew dan Gulf untuk berangkat dengan mobil masing-masing menuju kantor, tapi ada yang sedikit berubah.. Gulf meminta Mew untuk mengantar dan menjemputnya.

"Sesekali biarkan suamiku ini bekerja lebih keras," ujarnya bersama kekehan kecil.

Mew mendengus namun tetap tidak bisa menyembunyikan senyumnya, Gulf sangat menggemaskan.

"Ada yang menganggumu?" Mew masih penasaran.

"Ada."

"Apa itu?"

Gulf menampilkan wajah seriusnya lalu bergerak membawa jari telunjuk kebawah dagu seakan berpikir layaknya anak kecil, "Aku hanya takut suamiku ini akan diambil orang jika istrinya tidak segera menunjukkan tanda kepemilikan."

Tawa Mew menggelegar, mereka belum berangkat namun sarapan pagi ini terasa sangat meninggalkan kesan.

"Ah.. tapi nanti untuk makan siang, bisakah aku membawa Phuwin?"

"Dia sudah kembali?" Mew meminum jus-nya, lalu mengambil beberapa tissue.

Gulf mengangguk, "Sebenarnya sudah dari satu minggu yang lalu. Tapi dia baru mengabari sekarang."

Mew mendekat ke arah Gulf lalu mencium keningnya sayang, "Lakukan apa yang membuat istriku senang."

Seperti ini. Gulf selalu mampu dibuat jatuh cinta berkali-kali dengan perlakuan sederhana namun penuh makna.

Mew itu sangat tahu bagaimana cara membahagiakan pasangan, dan ia beruntung.

.
.
.

"Wajahmu kusut sekali."

Pond menjatuhkan tubuhnya di sofa besar ruangan Mew, waktu masih menunjukkan pukul 10 tetapi kenapa sahabatnya ini terlihat sangat lelah.

"Aku di hajar habis-habisan oleh Phuwin." Keluhnya seraya memijat pelipis.

"Kau sudah bertemu dengannya?"

"Ya, Ayahnya bilang hanya untuk dua minggu."

Mew menghentikan kegiatannya sejenak, sedikit aneh akan reaksi Pond yang terlihat.. kecewa?

"Jangan melihatku seperti itu, kau benar! Aku memang sedang menikmati karma."

"Kau mencintainya?"

Pond mendelik ingin melayangkan tinjunya ke wajah Mew, "Aku harap kau tidak lupa tentang pernikahanku yang akhirnya batal begitu saja."

Mew terkekeh, dua bulan setelah kepergian Phuwin.. temannya ini berencana akan menikahi tunangannya. Namun setelah persiapan selesai Pond justru terlihat sangat kusut dan enggan bertemu dengan siapapun, hal terburuknya adalah ia hampir saja mengikuti balapan dalam keadaan mabuk total.

"Aku jatuh cinta padanya, tapi.. dia sudah pergi."

Begitulah kira-kira.

"Aku harus bagaimana? Phuwin terlihat sangat berbeda, dia menjadi lebih dingin."

Satu kaleng kopi Mew lemparkan kepada sahabatnya itu, lalu ia ikut mendudukkan diri tepat di hadapan Pond.

"Cobalah pelan-pelan, aku yakin Phuwin masih menaruh rasa untukmu. Hanya saja.. dia terlalu takut."

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang