28. Kuasa Cinta Mencengkram

5.2K 559 24
                                    

Menari diatas rumput gemulai, jemari cinta membelai. Bersemu merah, bersinar di wajah
Roman berkembang indah mengukir cerita di rindang pohon tua atas nama cinta.
- 𝑫𝒊𝒂𝒍𝒐𝒈 𝑫𝒊𝒏𝒊 𝑯𝒂𝒓𝒊, 𝑲𝒂𝒓𝒕𝒊𝒌𝒂 𝑱𝒂𝒉𝒋𝒂 -

•••

Jika dulu Gulf tidak selalu bangun pagi untuk menyiapkan keperluan dirinya maupun sang suami, sekarang lelaki manis itu sudah paham apa tugas seorang istri.

Hari mingu. Seluruh pelayan di liburkan dengan alasan agar mereka bisa menikmati hidup meskipun sedikit-sedikit. Dan sisanya adalah ide dari Mew Suppasit, dengan niat bisa menghabiskan waktu bersama si manis tanpa gangguan.

Seperti saat ini, Gulf yang hanya memakai kemeja kebesaran tanpa celana adalah pemandangan paling indah. Bagaimana jari-jari itu begitu handal mengerjakan sesuatu, memasak dan membuat kopi untuknya.

Lalu setelahnya secangkir kopi yang masih mengepul tadi sudah tersedia di hadapannya, Gulf menarik sisi wajah Mew lalu melabuhkan satu kecupan ringan.

Sapaan selamat pagi.

"Gulf, hari ini jangan keluar rumah dulu ya?"

"Kenapa?"

"Hickey-nya terlalu jelas," tangannya menyibak kerah kemeja itu lalu menampakkan ruam-ruam merah serta gigitan keras pada sisi leher juga bahu.

Dibawahnya juga masih ada.

Pipi si manis merona malu, meskipun telah lama menikah tetapi rasanya ia tetap tidak terbiasa membahas hal-hal vulgar seperti ini.

"Hari ini Bos memintaku untuk menemaninya bertemu seorang Client," Gulf dapat melihat raut wajah Mew berubah.

"Aku kan sudah bilang berhenti saja, lagipula kita tidak kekurangan uang sehingga istriku ini harus ikut bekerja." Mew memeluk perut Gulf, menenggelamkan kepalanya pada bagian empuk itu.

Untung saja kompor sudah dimatikan.

"Kita kan sudah membahas ini, hanya sampai akhir tahun."

"Tapi tetap saja-"

"Sayang, kumohon?"

Mew mendengus keras, jika dulu Gulf adalah anak pembangkang dan susah diatur. Maka sekarang hanya ada Gulf yang sangat manis namun tetap keras kepala.

"Kau menang."

Mew menarik tangan Gulf lalu mendudukkan tubuh ramping itu di pangkuannya, dan selanjutnya hanya terdengar decapan serta lenguhan ringan memenuhi meja makan.

Jangan iri.

.
.
.

Deru angin menerbangkan anak-anak rambut seorang wanita yang sedang memetik teh di perbukitan tinggi, bersama yang lainnya wanita itu tampak sangat cantik.

Senyumnya.

Bahkan kedipan matanya.

"Namtan?" Seseorang memanggil namanya.

"Ada apa yumi?"

"Sudah waktunya makan siang, ayo?"

Entah sudah berapa tahun ia menghabiskan waktu disini atas kesalahannya sendiri, mencoba melakukan pembunuhan.. bukankah itu sangat memalukan?

Namtan tidak habis pikir dengan dirinya yang dahulu begitu dibutakan oleh cinta, dan sekarang menyesalpun percuma.

Tapi jika boleh berharap.. ia ingin melihat seseorang itu untuk terakhir kalinya.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang