57. Waktu ke waktu

6.1K 698 65
                                    

Kehidupan adalah panggung drama, ketika kau lelah menangis maka tertawa lah. Dan setelahnya kau bisa memilih.. untuk kembali menangis atau mencari solusi untuk setiap masalah.

Karena hidup akan terus berlanjut, dengan atau tanpa airmata.

•••

Gulf menatap figura photo Ayahnya kosong, tadi malam sebelum mata memejam ia sempat berdo'a semoga kematian James hanyalah bagian dari bunga tidurnya.

Kilasan memori ketika ia masih kanak-kanak hingga akhirnya menikah terulang bagaikan kaset rusak, Ayahnya.. begitu menyayanginya.

"Ayah, bisakah aku meminta pada Tuhan untuk membuatku pergi duluan ke surga sebelum dirimu?"

"Kenapa?"

"Karena aku tidak akan sanggup menyaksikannya."

Ya benar, Gulf tidak tahu bahwa rasanya akan sangat menyakitkan seperti ini.

Seolah ingin menyusul, ingin tinggal di dalam peti itu sembari memeluk tubuh sang Ayah.

Kimononya ditarik dari samping, Malvee menatap bingung orang-orang dan Mommanya yang menangis.

Gulf membawa anaknya kedalam pangkuan.

"Ma, kenapa kakek tidur di dalam kotak kayu itu?" Telunjuk kecilnya menunjuk jasad James.

Gulf menekan suara bergetarnya, "Kakek sudah di jemput.. dia akan tinggal di tempat yang lain."

"Tempatnya jauh?"

Gulf mengangguk, "sangat jauh."

"Kita tidak bisa kesana?"

".. belum, kita belum di perbolehkan ke sana."

Gulf memeluk bahu kecil anaknya, mencoba meredam tangisan hingga pelukan seseorang ia rasakan dari belakang.

Mew.

"Tidak apa, menangislah." Ujarnya sembari memeluk tubuh Gulf dan putranya sekaligus.

Sedangkan Naisy masih berada di pangkuan Win sejak tadi karena tertidur.

"Ayah tidak akan kembali lagi.."

Mew menggeleng, mengecup puncak kepala istrinya menenangkan.

"Kita masih bisa mengenangnya, kita akan mengingatnya sebagai seorang pria tangguh. Ayah yang hebat serta suami bertanggung jawab."

Ayah, selamat tinggal.

.
.
.

Win dan Phuwin bergantian memberikan penghormatan kepada Ayah Gulf, kemudian ketiga sekawan itu duduk bersama.

Perlahan Win memeluk sahabatnya di susul oleh Phuwin yang akhirnya ikut menangis.

Mereka semua sedang kehilangan.

Namun hidup tetap harus berlanjut bukan?

Bersama kenangan serta kerinduan, aku memanjatkan do'a untuk seorang Ayah yang kini telah selesai berjuang.

Jika saja aku tahu bagaimana Tuhan mengambilmu, niscaya kedua tangan ini tidak akan pernah melepas rengkuhan untuk merasakan hangatnya pelukan laki-laki terhebat dalam hidup.

Ayah.. maaf atas segala tingkahku yang menyakiti hatimu.

Beristirahat dengan tenang, kami menyayangimu.

***

Pemakaman telah selesai, Gulf mengunjungi Ibunya di kamar.

Menatap wanita yang telah melahirkannya sendu, Gulf berpikir.. jika kehilangan Ayahnya sudah bisa membuatnya terpuruk sebegitu banyak.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang