15. Pengakuan Ulang

6.4K 689 19
                                    

Alunan merdu dari nyanyian langit di penghujung senja, memikat setiap hati dan mengunci layaknya seorang ahli.

•••

Pertengkarannya dengan Gulf sukses membuat Mew menjadi tidak tenang bahkan beberapa kali dirinya kedapatan melampiaskan amarahnya ke beberapa karyawan.

Bright mengetahuinya setelah Mew menceritakan semuanya, tentang Namtan dan juga Gulf.

"Jika Gulf tidak mencintaimu, seharusnya ia tidak marah bukan? Seperti dulu."

Satu kalimat dari Bright benar-benar membuat kesadaran Mew nyaris hilang, Gulf memiliki perasaan untuknya.. namun ia justru masih enggan melepas Namtan.

Sialan.

Ketika Mew memiliki ketakutan akan Gulf yang jatuh cinta pada orang lain namun di saat yang sama ternyata ia adalah satu-satunya pelaku kejahatan dalam rumah tangga mereka.

Maka disinilah Mew berada, di salah satu Caffe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan.

Menanti seseorang.

Langit begitu cerah namun warna itu tidak serta-merta membuatnya gembira, masalah demi masalah selalu datang menghampiri mereka yang tidak berani memutuskan perkara.

"Sudah lama menunggu?" Tanya seorang wanita.

Mew menatapnya, tersenyum namun tidak ada sapaan berupa pelukan seperti dulu.

"Belum lama, Namtan."

.
.
.

Bright dan Pond memandang temannya prihatin.

Tidak ada yang mengira bahwa Mew akan melakukan tindakan ceroboh seperti itu, terlebih setelah beberapa saat yang lalu ia mengakui bahwa hatinya memang telah berlabuh untuk Gulf seorang.

Tidak Namtan, tidak siapapun.

Hanya Gulf.

Mengakui di sela-sela penyesalan terdalamnya.

"Aku tidak kaget jika dalam waktu seminggu kedepan Gulf akan mengajukan surat permohonan cerai," ucapan Bright sukses membuat Mew semakin memijat pelipisnya.

Ini yang Mew takutkan, ketika Gulf tidak bisa berpikir mengenai rasa sakit dan lebih memilih berpisah darinya.

"Mew, jangan membuat Namtan dan Gulf  tenggelam dalam satu wadah yang sama. Setidaknya berikan kebebasan untuk salah satunya." Bright benar.. Mew bukanlah remaja tanggung yang bisa seenaknya mempermainkan perasaan seseorang.

Untuk kali ini.. mari lupakan Gulf sejenak, ia harus memutuskan.

"Aku sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan kita kali ini," Namtan menyeruput Americano-nya perlahan.

Mew tersenyum simpul, Namtan memang sangat mudah membaca suasana.

"Kalau begitu apakah aku harus menjelaskannya lagi?"

Wanita itu mengetuk jemarinya, "Aku sudah pernah mengatakannya padamu sebelum ini. Biarkan aku menjadi egois sekali saja."

Pandangan Mew jatuh jauh ke jalanan padat di seberang sana, enggan terlibat kontak mata dengan Namtan yang semakin mengeratkan genggaman pada ujung meja.

"Sebelumnya.. kita memang telah menyepakati satu hal, tentang perpisahan yang akan terjadi tidak dalam keadaan terburu-buru. Tetapi sebagai seorang suami dari orang lain, tentu aku harus memilih istriku bukan?" Tepat, Mew ternyata tidak memerlukan basa-basi untuk mengatakan tujuannya siang ini.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang