44. Telah usai

6.9K 847 327
                                    

Balasan setimpal untuk mereka yang telah berkhianat adalah ditinggalkan.

•••

Mimpi.

Pelipisnya mengeluarkan keringat berlebih kala bunga tidur tadi terasa sangat nyata, tentang kebohongan serta fakta baru yang akan diungkap.

Tidak menampik katakutan bahwa Gulf mungkin akan menjadi ancaman besar dikemudian hari, anak itu.. tidak sesederhana kelihatannya.

Netranya bergulir mematai setiap sudut ruangan yang menjadi kamar rawat inapnya sekarang, biasanya ia akan mendapatkan fasilitas mewah serta kamar VVIP.

Namun tidak lagi.

Meskipun Gulf tidak tinggal serumah lagi dengan Mew, tetapi ia masih mengontrol keuangan pria itu. Menyumbat pengeluaran uang khusus untuk dirinya, pria sialan.

"Nona, Rumah Sakit mengajukan tagihan.." Primilly memberikan selembar kertas berisi tagihan Rumah Sakit selama ia menginap disini.

"A-apa?"

Primilly mengerut takut, "Tuan Mew tidak bisa di hubungi.. dan tuan Gulf membekukan semua kartu debit."

"Katakan pada supir untuk segera bersiap, aku akan menuju kantor kekasihku." Ujarnya menggebu.

Namun asistennya hanya diam sembari memilih ujung kemeja, "Kendaraan juga di ambil alih oleh tuan Gulf.. beliau datang pagi tadi."

Tubuhnya melemas bukan main.

.
.
.

"Tuan Mew mengirim Namtan ke desa terpencil karena telah menjadi dalang dibalik penusukan anda di pesta perjamuan tujuh tahun yang lalu."

Rahangnya mengeras, suaminya bahkan menyembunyikan fakta itu dan memilih untuk tidak menjebloskan Namtan ke penjara secara adil.

Gulf terkekeh hambar.

Land Rover itu membelah jalanan sore, mengabaikan bising setiap laju kendaraan di sisi kanan dan kiri maupun depan belakang.

Kaca jendelanya ia biarkan terbuka membiarkan semilir angin menghantam surai cokelat gelap yang kini telah semakin panjang, keindahan luar biasa.

Menuju Rumah Sakit.

Setelah mengetahui fakta bahwa Namtan menipu Mew dan juga menjebaknya.. Gulf ingin memainkan sedikit kehidupan wanita ini.

Membuatnya mengerti apa itu rasa sakit, hingga tidak mampu berdiri meskipun di topang oleh penyangga besi terkuat dari seluruh alam.

"Nona Hong, pastikan bosmu tidak menginjakkan kakinya di Rumah Sakit tempat Namtan berada. Aku ingin bermain sedikit." Jelasnya pada seseorang di ujung telepon.

"Apakah anda memerlukan bantuan, tuan?"

"Tidak perlu. Wanita rubah itu harus tahu dengan siapa dia berurusan saat ini." Genggaman pada setir mobilnya mengerat.

Sambungan terputus tepat disaat kendaraannya memasuki kawasan tempat yang dituju.

Gulf menggulung lengan kemeja hitamnya hingga sebatas siku, langkah kakinya terlihat sangat santai namun terselip kesombongan disana.

"Dimana ruangan pasien Namtan Tipnaree?" Tanyanya pada meja Nurse station.

"Astaga.. bukankah itu Gulf Kanawut?"

"Benar, mengapa tidak bersama suaminya?"

"Mengunjungi siapa?"

"Entahlah, dia terlihat sangat menawan dengan model rambut juga pakaian ber-nuansa hitam itu."

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang