9. Gulf's 9 yo.

6.6K 712 27
                                    

Dia yang pernah berada dalam situasi mengerikan, tentu merasakan betapa dahsyatnya ketakutan akan kematian.

•••

Keesokan harinya Gulf telah di perbolehkan pulang, untungnya tidak ada luka dalam dan semua orang bernafas lega.

Jika mengingat malam yang hampir membuat nyawanya melayang, Gulf merasa sangat bodoh. Atau mungkin dia hanya sedang di rasuki oleh arwah jahat? Entahlah.

"Apa yang kau pikirkan?" Mew turun dari tangga lantai dua, biasanya pria itu memakai setelan jas serta rambut yang telah di tata rapi. Tapi sekarang ia hanya mengenakan pakaian rumahan, rambutnya pun masih setengah kering.

"Kau tidak bekerja?" Gulf heran.

"Tidak senang aku berada di rumah?"

Kenapa dia?

Anak yang masih berusia delapan belas tahun itu menggendikkan bahunya acuh, ada atau tidak adanya Mew.. rasanya sama saja.

Tapi tidak dapat di pungkiri bahwa kini satu senyuman tipis telah tercipta.

"Kapan ujian kenaikan kelas?" Mew mengambil tempat di samping Gulf yang sedang menonton kartun favoritnya, Doraemon.

Menaruh kepalanya diatas paha yang lebih muda, Gulf sangat terkejut akan tingkah Mew.

"A-apa yang kau lakukan?"

Mew tersenyum melihat reaksi yang ditimbulkan, nada bicara terbata serta pipi merah merona.

Menggemaskan, Gulf-nya sangat manis.

"Apa salahnya? Aku hanya sedang bermanja-manja dengan istriku." Ujarnya tanpa beban.

Gulf berusaha menetralkan nafasnya, Mew yang tiba-tiba seperti ini sungguh membuatnya gugup sendiri. Dalam artian mendadak jantungnya berdegup kencang.

"Dua minggu lagi ujian kenaikan kelasku, dan Mew.. bisakah aku kembali ke rumah sakit?"

Mew menoleh cepat, "Ada apa? Kau merasa sakit?"

"Aku rasa begitu.. jantungku berdebar terlalu kencang. Tapi anehnya ini tidak menyakitkan justru sangat menyenangkan." Dengan mata berkaca anak itu menunduk menatap Mew yang berdehem hampir melepaskan tawanya.

"Apa jantungmu berdebar setelah aku tidur di pangkuanmu?"

Satu anggukan.

"Itu tandanya kau hampir mati." wajahnya terlampau datar ketika memberikan vonis palsu untuk istrinya.

Setelahnya Mew menyesali perkataannya sendiri, Gulf yang panik bukanlah sesuatu yang baik. Dan sekarang anak itu tengah menangis kencang seperti bayi.

Mew.. kau keterlaluan.

.
.
.

"Metawin!"

Win membalikkan badannya ketika mendengar seseorang memanggilnya.

"Ada apa.. Jake?" Sedikit melirik name-tag yang terpasang, yang di sebut namanya menyunggingkan senyum.

"Kau teman dekatnya Gulf Kanawut bukan?"

Mengangguk.

"Kenapa dia tidak masuk?"

Win menggaruk tengkuknya, apakah ia harus memberitahunya? Lagipula ada gerangan apa seorang ketua OSIS yang sangat diminati banyak orang kini malah mencari temannya?

"Gulf sedang sakit, dan mungkin besok sudah bisa melakukan aktifitas sekolah seperti biasa."

Mungkin lebih baik tidak.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang