22. Guyonan takdir

5.8K 644 45
                                    

Mereka terlalu fokus pada elang yang selalu menyerang lewat udara, hingga tidak menyadari bahwa singa sedang menanti dibawah sana.

•••

Pada tengah malam tepat ketika waktu menunjukkan pukul 12 malam, suara langkah kaki memenuhi lorong rumah sakit menuju kamar khusus dilantai paling atas.

Senandungnya terdengar aneh, pria itu mengetuk setiap jendela kaca yang ia lewati seakan menghitung sesuatu. Kaki berbalut sepatu mahal itu terhenti di depan pintu suatu ruangan.

Tidak ada penjagaan disekitarnya, sangat ceroboh.

Gulf tertidur disana, diatas ranjang dengan berbagai alat penopang kehidupan.

Kabar yang di dengar.. dua tusukan pada pinggang serta perutnya hampir melukai organ dalam anak ini.

Sudut bibir si pria misterius tertarik membentuk senyuman angkuh namun prihatin sekaligus.

"Aku yakin Mew saat ini pasti sedang mencari Namtan untuk dimintai keterangan, namun sayang sekali.. dia sangat tidak peka akan keadaan." Jemari si pria mengelus pipi Gulf yang masih enggan membuka mata, lampu temaram tidak begitu jelas memperlihatkan bagaimana garis wajah pria misterius ini.

Sesuatu ia ambil dari balik saku celananya, berjalan mendekati cairan infus yang menggantung.

"Tidak sia-sia usahaku memprovokasi Namtan setelah semua yang terjadi, nikmati rasa sakitnya anak manis.. biarkan aku mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."

Cairan terakhir ia suntikan, netranya melirik jam dan kemungkinan lima belas menit setelahnya akan ada reaksi.

"Aku tidak akan membunuhmu, setidaknya belum."

Pria itu pergi meninggalkan ruangan rawat Gulf.

Dan jika diperhatikan lebih cermat, di lehernya menggantung indah sebuah kalung dengan bandul kecil membentuk sebuah lambang.. C.

.
.
.

Mew mengusap kasar wajahnya, Namtan masih terduduk diam.

"Aku akan mengirimmu ke daerah pedesaan terpencil, hiduplah dengan baik bersama satu keluarga disana. Karena jika kau masih terus berada disini, aku tidak akan mampu menjamin keselamatanmu untuk kedepannya." Mew melangkahkan kakinya meninggalkan Namtan.

Ia tahu dirinya tidak akan sanggup melukai wanita itu, karena bagaimanapun rasa bersalah masih membekas nyata.

Setidaknya dengan membelenggu kebebasan Namtan selama sisa hidupnya, wanita itu akan mendapat balasan setimpal atas perbuatannya.

"Lakukan, dan segera perketat penjagaan untuk istriku."

***

Jake tertawa sumbang setelah mencerna kembali hal baru yang sungguh mengejutkan, tentang dirinya ternyata memiliki hubungan darah dengan Gulf.

"Kakek.. untuk apa kau menceritakan ini padaku? bukankah kau tahu, aku bahkan sanggup melecehkan anak berusia 9 tahun. Dan jikan mengira bahwa aku akan berhenti setelah mengetahui silsilah keluarga sialan ini.. kau salah besar."

Tuan besar Gyllenhaal memandang sendu perapian di hadapan mereka, "Aku lebih mengenal cucuku."

Denting jam memenuhi pendengaran, jemari sang kakek tampak mengetuk mengikuti ritme suara.

"Jake.. berhentilah."

"Aku mencintainya."

"Itu bukan cinta nak, yang kau rasakan hanyalah obsesi."

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang