Dia hanyalah seorang anak yang baru merasakan apa itu rasa takut kehilangan, maka jangan menganggapnya sepele karena mungkin saja di masa depan ia lelah lalu memilih untuk pergi.
•••
Udara diluar terasa lebih sejuk karena mendung sejak pagi enggan meninggalkan tempatnya, dua orang pria terlibat perecakapan serius di salah satu Caffe.
"Jangan mendekatinya lagi, dia sudah menikah." Ujar salah seorang diantaranya.
"Dengan seorang Jongcheveevat? Ayolah dia hanyalah seorang pria tua." Sahut yang satunya lagi sembari tersenyum pongah.
Diluar sana orang-orang sibuk dengan jam makan siangnya, membuat jalanan terasa sangat ramai dan sesak.
"Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri."
.
.
.Mew meraih cangkir kopinya yang masih berisi setengah, meneguk minuman pahit penghilang kantuk itu lalu memijit pelipisnya perlahan.
Ada sedikit kesalahan kecil di bagian keuangan, untungnya tidak menimbulkan kerugian yang besar hanya saja ia bisa menebak bahwa ini memang di sengaja.
Pintunya di ketuk dari luar sebelum akhirnya seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangannya.
"Tuan, perwakilan dari E-Mauree Group telah datang." Ujar sang sekretaris membuat Mew menghentikan pekerjaannya sejenak.
"Persilahkan masuk," perintahnya.
Tak lama setelahnya seorang pria masuk lalu memberikan senyuman sebagai sapaan kecil dan Mew melakukan hal yang sama.
"Lama tidak bertemu Pond, kau terlihat berbeda." Mew menjabat tangan pria bernama Pond itu lalu mereka saling membalas senyum.
"Kau terlalu memuji, ah.. maafkan aku yang tidak bisa hadir ke pernikahanmu." Sesal pria perwakilan dari E-Mauree Group itu.
"Jangan merasa tidak enak begitu, dan ya aku tidak tahu sejak kapan kau kembali ke perusahaan keluargamu?"
Pond terkekeh, "Sudah sekitar setengah tahun kurasa. Ini permintaan Kakek."
Kedua pria dewasa itu sibuk bertukar cerita setelah sekian lama tidak berjumpa, bersama Bright pertemanan tiga sekawan itu telah terjalin sejak masih kanak-kanak.
"Membahas tentang perusahaan, aku rasa salinan kontrak yang aku kirim melalui E-mail sudah sampai bukan?" Pond menyodorkan tiga map berbeda warna, meskipun teman.. bisnis tetaplah bisnis.
Mew tersenyum puas, "Aku akan segera menandatanganinya."
.
.
."Gulf, bukankah kau sedang diet?"
Dengan mulut penuh berisi cheesecake, anak itu mengerutkan dahinya bingung.
Mereka tengah menghabiskan waktu setelah sekian lama Gulf tidak di perbolehkan keluar rumah, senangnya!
"Aku tidak," elaknya.
Phuwin mendengus, "Kau iya! Tempo hari lalu siapa yang mengeluh tentang berat badannya yang bertambah?"
Gulf merengut, mereka memang sering terlibat perkelahian kecil seperti ini.
"Tenanglah, kalian berdua membuat orang-orang memperhatikan meja kita."
"Biarkan saja kak New, sebentar lagi mereka akan kembali seperti semula." Win menyahut setelah menelan suapan terakhir makan siangnya kali ini.
New itu sepupu Win, dan kebetulan mereka bertiga bertemu di salah satu Caffe lalu berakhir duduk di satu meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MewGulf : Blank Space ✓
أدب الهواةGulf Kanawut Traipipattanapong, adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas. Namun di usianya yang baru menginjak angka 17 tahun ia harus mulai mengabdikan diri menjadi seorang istri dari pengusaha terkenal, Mew Suppasit Jongcheveevat. Tidak ada y...