Akan ada peristiwa besar ketika obsesi tidak lagi dapat terbendung, harapan memancing untuk memiliki namun sang kekasih hati tidak dapat ditaklukan dengan mudah.
Harus ada yang mati.
•••
Mew dapat melihatnya, bagaimana kantung mata Gulf menebal dan tidak ada raut wajah ramah sama sekali. Hanya ada tatapan dingin enggan memperlihatkan binar indahnya yang selalu ia nikmati setiap hari sebelum kejadian tak terduga membuat semuanya terasa runyam.
Sedangkan Gulf melirik sedikit tampilan Mew, turtle neck.
Mew bingung harus bagaimana, jujur rasanya ingin meminta maaf dengan cara apapun tetapi Gulf tampak tidak tersentuh sedikitpun.
Ia takut ketika dirinya memaksa maka Gulf akan semakin jauh dari pandangan, Gulf itu.. jika merasa tidak nyaman maka ia akan pergi tanpa memikirkan apapun.
Gulf meminum susunya sebagai penutup sarapan pagi ini, lalu memakai tasnya cepat.
Mew pun ikut berdiri, "Ayo aku antar-"
"Tidak perlu," potong Gulf.
"Gulf.."
Gulf menatap suaminya yang kini menurunkan bahu, sarat akan frustasi. Tapi ia tidak peduli.
"Mulai sekarang jangan mengantar atau menjemputku, karena jika kau masih bersikeras melakukannya.. aku akan nekat membakar mobilmu." Final, anak itu sangat tahu bagaimana caranya menjauhkan diri dari rasa sakit.
Dan Mew perlu mengetahui bahwa Gulf bukan hanya seorang anak remaja yang tidak paham apa itu pengkhianatan.
Kaki jenjangnya melangkah pergi meninggalkan Mew yang kini hanya diam menatap dua piring nasi goreng, Gulf hanya memakannya sedikit.
"Sial."
.
.
."Halo Gulf- hei! ada apa dengan wajahmu?" Win nyaris melempar bukunya kala menatap wajah temannya yang kini terlihat seperti mayat hidup. Sangat pucat dan eh- mengerikan.
Gulf hanya diam, pagi ini mereka akan melaksanakan ujian kenaikan kelas dan kejadian tadi malam sungguh membuatnya pusing bukan main. Terlebih sakit hatinya, ditambah kehadiran Win yang tidak membuatnya menjadi lebih baik sama sekali.
Win sadar akan suasana hati Gulf yang sepertinya jauh dari kata baik, maka remaja bergigi kelinci itu berinisiatif menunggu Gulf untuk bercerita lebih dulu.
Tangannya membolak-balik buku paket sembari netranya melirik sedikit ke arah Gulf yang semakin terlihat tidak sehat.
"Win."
Benarkan.
"Aku mendengarkan," Menggeser semua alat tulis. Kedua remaja ini akan memasuki tahap sesi curhat di pagi hari.
Setidaknya Win tahu bahwa Gulf yang seperti ini bukanlah hal yang bagus.
"Apakah jatuh cinta itu kesalahan?"
"Jika kau berbicara tentang hati, maka tidak ada yang salah. Hanya saja.. ketika kita jatuh cinta disitu kau juga harus memiliki kesadaran apakah perasaanmu itu pantas atau tidak."
Gulf mengerutkan dahi, bibir pucatnya sukses membuat Win meringis prihatin.
"Maksudmu?"
Win mengambil lipbalm berperisa Cherry dari balik saku almamaternya, "Jatuh cinta itu tidak sesederhana yang terlihat.. akan ada rasa sakit yang selalu membayanginya. Lihat kembali.. apakah orang itu pantas menerima perasaanmu atau tidak? karena jika kita hanya mencintai tanpa bisa dicintai, semuanya akan sia-sia. Sebaliknya ketika dua hati telah saling terkait maka kebahagiaan akan selalu ada, meskipun tidak menutup kemungkinan cinta kalian akan di uji nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MewGulf : Blank Space ✓
FanfictionGulf Kanawut Traipipattanapong, adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas. Namun di usianya yang baru menginjak angka 17 tahun ia harus mulai mengabdikan diri menjadi seorang istri dari pengusaha terkenal, Mew Suppasit Jongcheveevat. Tidak ada y...