2. Perkenalan singkat

7.6K 825 54
                                    

Nonthaburi, 02 Desember 2020.
________________________________

Dentingan sendok menjadi suara khas tersendiri untuk keluarga yang sedang mengadakan makan malam, udara diluar terasa lebih sejuk dan menenangkan membuat Mew rileks setelah lelah bekerja seharian dari balik meja kebesarannya.

Namun mengingat sesi makan malam kali ini juga menyangkut kehidupannya di masa depan, ia tidak bisa untuk tidak bersikap biasa saja.

"Gulf sangat manis, benar begitu bukan Mew?"

Mew menatap seorang anak laki-laki yang kini hanya menunduk malu ketika berbagai pujian dilayangkan untuknya, Mew akui anak itu memang sangat manis.

"Benar, Ibu." Jawabnya.

Ini bukan pertemuan sederhana, ini adalah pertemuan untuk membahas sebuah pernikahan.

Mew melihat gelagat tidak nyaman yang di tunjukan oleh Gulf, terlebih ketika para orangtua membahas tanggal baik untuk kelangsungan ikrar.

Ah.. ternyata bukan hanya dia yang keberatan dengan perjodohan ini.

"Ekhem.. bisakah aku membawa Gulf keluar? setidaknya kami harus berkenalan secara normal bukan?" Mew menyelipkan sedikit candaan untuk membuat suasana tidak setegang itu, khusus baginya dan Gulf tentu saja.

"Baiklah baiklah." Ayah Mew menjawab dengan ceria.

Pandangan mereka bertemu, ketika Mew melangkah pergi maka Gulf mengikutinya dari belakang.

Mereka kini tengah berada di taman kecil belakang mansion Jongcheveevat.

"Mengapa kau menerima pernikahan ini?" Mew menatap sosok lugu di sebelahnya yang kini hanya memainkan lengan kemejanya asal.

Gulf mengingat alasan yang membuatnya bersedia menikah di usia belia seperti sekarang ini, apalagi calonnya adalah seseorang yang berusia jauh diatasnya.

"Aku hanya memiliki keyakinan bahwa pilihan orangtua itu tidak pernah salah, Paman."

Mew terbatuk mendengar Gulf menyebutnya Paman, sialan.. dia terlihat seperti seorang pedofil sekarang.

"Jangan memanggilku Paman, itu menggelikan."

"Aku hanya akan memberimu dua pilihan, memanggilmu dengan nama atau Paman." Gulf menyebalkan ternyata.

"Baiklah, panggil namaku saja." Menyerah, percuma juga berdebat dengan anak kecil.

Untuk ukuran seorang remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun.. Gulf termasuk tinggi dan juga ia sangat cantik.

Mew sempat terpesona.

"Kau tahu, aku tidak mengharapkan perceraian suatu saat nanti setelah kita berjanji di hadapan Tuhan." Ujar Mew mengambil alih atensi Gulf yang semula ada pada pemandangan sekitar.

Agaknya Gulf sedikit tertegun, itu terlihat melalui gerak-geriknya.

"Lalu apa, kau ingin aku menjadi istri yang baik?"

Mew menggeleng, "Jangan memikirkan apapun. Aku tidak sekejam itu untuk menuntut sesuatu pada anak kecil sepertimu."

Mereka tahu, tidak ada pilihan lain selain menerima. Untuk Gulf yang tidak pernah terlibat hubungan serius seperti ini, rasanya begitu asing.

Tetapi ia mulai menikmatinya, menikah dengan seseorang yang jauh lebih tua tidak seburuk itu bukan?

.
.
.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang