48. Yang sebenarnya

6.4K 813 120
                                    

Tuhan maha pemaaf, tapi aku tidak.

Gulf K. Traipipattanapong.

••••

Ruangan sempit dan kumuh itu menjadi saksi atas kesengsaraan seorang Namtan Tipnaree, dia yang semula memiliki rupa menawan kini tidak lebih dari seonggok daging hampir mati.

Dalam bayangannya setiap malam sebelum mata memakan selalu ada sosok Mew yang mengelus perut Gulf, mereka berbisik sembari tertawa kecil memperebutkan siapa kiranya yang akan memberi nama anak mereka kelak.

Tubuhnya merangkak cepat demi menghilangkan bayangan sialan yang sejak tadi seolah mencemooh hidupnya.

"T-TIDAK! MEW MILIKKU!"

Tangannya memukul dinding kasar itu berkali-kali hingga tangannya kini telah berlumuran darah, tangisannya tak berhenti.

"Mew.. bukankah kita akan menikah, kenapa malah bersamanya?!" Teriaknya kencang.

"Aku yang hamil, lihat! Bukan Gulf!"

Namun bayangan dua orang itu hanya meliriknya, seakan menganggap Namtan hanyalah orang tak waras.

"MEW MILIKKU! GULF PELACUR SIALAN AAAAAAAAH!" Tangannya menjengut sisa rambutnya lalu mulai menghempaskan kepalanya berulang kali namun ditengah keributan itu tidak ada yang mendatanginya sama sekali.

Namun Namtan terus melakukan itu sembari menggigit lidahnya. Darah memenuhi mulut, ah tidak.. hampir tubuhnya bermandikan darah.

Wanita ini benar-benar menyiksa dirinya sendiri.

.
.
.

Gulf berjalan cepat meninggalkan ruangannya, jujur saja.. hatinya tidak begitu tegar menyaksikan bagaimana hancurnya sosok yang selalu ia banggakan.

Padahal ia telah melakukan semuanya begitu sempurna, bukankah seharusnya sekarang ia merasa lega?

Merendahkan Mew hingga membuatnya tidak bisa mengangkat kepala bahkan untuk sekedar memotong ucapannya.

Gulf seharusnya tidak menangis seperti ini.

"Jika dia memilih berkhianat dariku, seharusnya sekarang ia telah bahagia atas pilihannya sendiri dan bukannya semakin menderita." Tangannya mengepal, menyalurkan rasa sesak menyeruak dalam dada.

Tidak.. ia tidak akan terlihat lemah, tidak lagi.

Semesta begitu adil dalam memutar balikkan keadaan, do'anya sepanjang malam adalah semoga karma menghampiri kedua orang yang telah menyakitinya terlalu banyak.

Namun di sela itu semua, Gulf lupa untuk memohon menguatkan hatinya jika saat itu tiba dan terjadi tepat di depan matanya.

Gulf lupa, nyatanya rasa cinta itu tidak luntur begitu saja.

.
.
.

Diantara beribu harapan, setidaknya Mew masih memiliki satu untuk di kabulkan. Keinginan untuk melihat dan mendengar satu kalimat dari seorang lelaki manis yang dahulu selalu menjadi alasannya pulang cepat dari kantor demi merengkuh raganya seakan tidak ingin melepas.

Bahkan jika harus bertukar nyawa.. Mew akan melakukannya.

Karena ini adalah buah dari kesalahannya.

Mereka pernah bahagia pada masanya, masih segar dalam ingatan bagaimana pertemuan pertama di meja makan besar mansion keluarga Jongcheveevat.

Mungkin ini terlambat, tetapi Mew baru menyadari bahwa ia sudah lama jatuh pada pesona dari seseorang yang ia kira hanyalah anak kecil biasa.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang