51. Kembalinya sang bintang

6.6K 825 134
                                    

Mereka masih saling mencintai.

•••

Gulf masih teringat bagaimana ia mengabarkan Mew yang sudah pingsan di tengah hujan, membiarkannya hingga asisten pria itu datang lalu membawanya masuk ke mobil.

Jantungnya masih sering berdetak hebat kala mengingat betapa kejam dirinya dalam menuruti ego.

Dan sekarang dua bulan sudah Gulf selalu mendapatkan kiriman bunga yang sama setiap satu minggu sekali, namun selama itu juga Mew tidak pernah menampakkan dirinya lagi.

Di kamarnya sekarang ada 9 tangkai bunga matahari, Gulf selalu memperhatikan bagaimana warna cerahnya begitu nyaman untuk di pandang.

Besok Phuwin memiliki perjalanan bisnis keluar kota dan tentunya Gulf akan menghabiskan waktu seorang diri, sedikit bosan sebenarnya tapi apa boleh buat.

Perutnya yang sudah semakin besar ini tidak bisa selalu diajak untuk menikmati udara segar diluar sana, takut mengundang pandangan aneh.

"Kau merindukan Ayahmu?" Tanyanya pada sang buah hati.

Ingatannya memutar pada kejadian sebulan lalu dimana Gulf pertama kali merasakan tendangan dari si kecil.

"Phuwin! Aku akan melahirkan!" Keluh Gulf kencang kala merasakan tentangan kuat dari dalam perutnya.

Teriakannya sukses membangunkan sang sahabat yang sejak tadi telah mengarungi alam mimpi, ini masih pukul dua dini hari.

"H-HAH?"

"SIAPKAN MOBIL!"

Teriakan Gulf segera di laksanakan oleh Phuwin namun selang lima menit kemudian ia kembali.

"Gulf, usianya masih enam bulan."

"Oh.. iya, aku lupa."

"Demi Tuhan Gulf Kanawut! Anakmu hanya menendang!"

Malam itu Gulf benar-benar tidak bisa berhenti tertawa, karena pada dasarnya mereka berdua sama-sama pria.. jadi wajar saja.

Anehnya Gulf tidak merasakan masa mengidam yang aneh-aneh seperti yang selalu ia baca dalam sebuah situs web, mungkin anaknya tahu bahwa ibunya adalah seorang laki-laki dan juga ayahnya yang sedang tidak berada disini.

Lama terdiam telinganya sekarang mendengar bunyi bel, ada yang bertamu?

"Sebentar!"

Kakinya melangkah pelan-pelan menuju pintu, tanpa melihat intercom Gulf langsung membukanya.

"Hai.."

.
.
.

Mew hampir saja memaki semua stasiun TV yang selalu menjelek-jelekkan istrinya, ini sudah dua bulan berlalu dan Mew belum juga dapat menghandle semua berita-berita simpang siur perihal kaburnya menantu keluarga Jongcheveevat di karenakan dirinya yang cacat.

Terlalu banyak musuh yang ternyata ikut campur di dalam maraknya permasalahan rumah tangganya.

"Tidak ada cara lain, aku harus melakukan konfrensi pers."

"Kakak gila? Itu sama saja dengan menjatuhkan dirimu," Lilly kembali mengeluarkan protesnya. Ini bukan yang pertama kali mengingat gadis belia itu selalu datang ke mansion Jongcheveevat.

"Bisakah kau diam?" Sentak Mew.

Samuel mendekati Mew, "Tuan.. apakah tidak terlalu terburu melakukan konfrensi pers? Media bisa saja menyerang tuan secara mendadak."

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang