47. Datang tanpa hasil

6.5K 783 137
                                    


Aku berusaha terlihat kuat agar tidak kembali rapuh kala jemari kita bersentuhan kembali setelah sekian lama.

•••

"Tuan Gulf mengelola anak perusahaan milik keluarga Traipipattanapong, namun ia hanya menjadi direktur bayangan dengan samaran Takimura. Ini dilakukan agar media tidak mengendus keberadaannya, diketahui dari beberapa bawahan yang mengamati.. tuan Takimura selalu mengenakan masker kemanapun beliau pergi."

Mew terpekur sesaat setelah kalimat dari asistennya memecah konsentrasi, tentang fakta bahwa Gulf selama ini menyamarkan keberadaannya. Kenapa?

Bukankah orangtua mereka juga ikut andil dalam pelariannya, lantas apa yang perlu di takuti lagi?

"Kapan keberangkatanku?" Tangannya bergerak memutar roda pada kursinya agar mendekati meja kerjanya.

Jika di perhatikan lebih lama, berat badan Mew juga turun drastis. Tidak ada lagi wajah berseri, yang ada hanya ekspresi tanpa emosi.

Cukup membuatnya terlihat tidak bernyawa.

"Besok pagi tuan sudah bisa berangkat," jawab sang asisten lalu menunduk.

"Rapat dari perwakilan Arthems Group akan aku wakilkan sendiri," putusnya final.

Ini adalah satu-satunya cara agar ia bisa berbicara dengan Gulf, jika bisa.. ia akan merangkak mencium kakinya.

Ya.. apapun akan Mew lakukan.

.
.
.

Gulf menenggak susu hamilnya dalam sekali tegukan, gelasnya tentu tidak terlalu besar namun gerakannya itu sukses mencuri perhatian Phuwin yang sejak tadi bersiap dengan pakaian kerjanya.

"Anakmu pasti akan melompat keluar jika tahu bahwa Ibunya meminum susu seperti melakukan oneshots Tequilla." Entahlah Phuwin tidak mengerti, semenjak kehamilan ini sifat liar Gulf semasa di sekolah dulu seolah kembali.

Apakah ini pengaruh hormon kehamilan?

Gulf hanya tertawa lalu berdiri untuk membenarkan sweater kebesarannya, hari ini ia akan melakukan belanja bulanan khusus untuk dirinya sendiri.

"Anakku pasti malu memiliki bibi sepertimu," balasnya mencibir.

"Bibi pantatku, ayo aku antar. Nanti disana akan ada supir menunggumu." Tangannya bergerak mengambil dompet serta ponsel Gulf.

"Kau seperti suami siaga, ah.. haruskah kita menikah saja?"

"Diam sialan!"

Gulf tertawa kencang, sangkin kencangnya ia sedikit takut perutnya akan keram detik itu juga.

Diam-diam ia bersyukur memiliki orang-orang yang sayang padanya meskipun dia tetap menjadi pemilik tahta tertinggi di hatinya setelah orangtua.

Gulf benci fakta itu.

***

Pusat perbelanjaan di musim dingin ternyata masih ramai, untungnya Gulf menggunakan penutup wajah dan mengenakan kaos serta kemeja kebesaran yang mampu menutupi baby bump-nya.

Tangannya bergerak mengambil banyak jenis buah-buahan serta sayur, Win mengatakan bahwa makanan itu sangat di butuhkan di masa-masa kehamilan seperti ini.

Wejangan dari teman kelincinya itu selalu menjadi melodi malam dikala alam bawah sadar akan menjemput, hampir setiap malam.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang