Masih segar di dalam ingatan, bagaimana tetesan embun itu hilang dibawa hangatnya sinar matahari. Namun meskipun begitu, embun-embun itu tetap akan datang di pagi-pagi berikutnya. Seolah menegaskan bahwa menguapnya mereka bukan berarti akhir dari segalanya.
•••Gulf menatap ragu seorang pria yang kini sedang bersenda gurau bersama bayi-bayinya, kedatangan tidak terduga dari Nakamoto Yuta hampir membuat Gulf terpeleset di depan pintu.
Pasalnya waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi, masih terlalu dini untuk bertamu bukan?
"Gulf, bagaimana jika nanti kita ke taman?"
"Maaf sebelumnya, tapi aku sudah memiliki janji dengan Phuwin untuk menemaninya fitting baju." Gulf tersenyum tidak enak, lebih daripada itu.. sebenarnya ini hanya akal-akalannya saja.
Yuta tampak kecewa, namun hanya sesaat.
"Padahal ini malam terakhir aku berada di Thailand, karena besok sudah harus kembali."
Gulf bingung.
"Kenapa?"
"Tuan Traipipattanapong telah menolak lamaran yang aku ajukan tempo hari lalu, ya.. mau tidak mau harus segera kembali ke Jepang." Yuta terkekeh.
Merasa bersalah, Gulf mengulum bibirnya bimbang untuk mengatakan sesuatu.
Tapi.. kenapa Ayahnya menolak lamaran pria ini, bukankah kemarin beliau masih menyuruhnya agar berpikir untuk menerima Yuta?
Ada apa sebenarnya.
"Jadi.. tidak bisa ya jalan-jalannya?"
"Maaf ya," ujar Gulf menyesal.
Lelaki berkebangsaan Jepang itu tersenyum, "Tidak apa. Jangan terlalu di pikirkan.. dan semoga pernikahanmu lancar ya."
Gulf mengerut bingung, siapa yang menikah?
.
.
.Malvee merentangkan kedua tangannya kala menatap sang Momma yang datang menghampiri, tawa bayinya mengudara seiring dengan kecupan-kecupan manis Gulf layangan untuk sang putra.
"Sudah kenyang hm?" Jemarinya membersihkan sisa-sisa remah roti di pinggir bibir sang bayi hingga menghasilkannya gelak tawa lebih menggelegar.
"Mmaaa~" Ada yang protes.
Davika mengambil alih Malvee lalu membawanya kedalam pelukan, gemas sekali dengan buntalan daging ini.
Sedangkan Naisy kini berada dalam gendongan Gulf.
"Ibu Yaya nanti akan datang berkunjung, katanya merindukan gumpalan-gumpalan lemak ini." Ujar Davika seraya mencubit pelan pipi cucunya.
Gulf tertawa, "Mereka terlalu sehat."
"Seharusnya Malvee dan Naisy dianjurkan untuk diet, benar kan?" Win datang masih dengan Jas dokternya yang tersampir di lengan kanan.
"Kasihan para royal baby ini, hidupnya sudah tertekan bahkan sejak bayi." Phuwin menunjukkan ekspresi seram yang kemudian mendapat pekikan dari Malvee.
Gulf baru sadar bahwa rumah ini sedang ramai, ada apa?
"Kenapa sangat ramai?" Keningnya berkerut.
"Kau akan di usir dari sini Gulf, jadi bersiaplah."
"Ya benar, kau akan di usir."
Siapapun, tolong angkut kedua makhluk sialan di hadapan Gulf saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MewGulf : Blank Space ✓
Fiksi PenggemarGulf Kanawut Traipipattanapong, adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas. Namun di usianya yang baru menginjak angka 17 tahun ia harus mulai mengabdikan diri menjadi seorang istri dari pengusaha terkenal, Mew Suppasit Jongcheveevat. Tidak ada y...