23. Singa

5.8K 637 115
                                    

Akan lebih mudah melumpuhkan seribu musuh tak dikenal daripada menodongkan pistol kepadanya yang telah dianggap keluarga namun berkhianat begitu saja.

•••

Tiga hari berlalu, Gulf masih enggan membuka mata menyapa dunia yang merindukannya. Mew tidak pernah absen untuk duduk lalu menceritakan kegiatannya ketika Gulf bahkan tidak bisa mendengar apapun.

Kedua teman istrinya juga berulang kali berkunjung kesini dengan tujuan agar Gulf tidak kesepian, Mew tertawa mengingatnya.

"Gulf, aku takut." Mew menggenggam jemari lentik itu, mengecupnya berulang kali seakan merapalkan mantra penyembuh luka.

Mew memang takut.

Takut jika perkiraannya benar.

***

"Ini terdengar seperti kutukan bukan?" Ayah dari Jake itu menatap sendu perapian di depannya.

Menimbang-nimbang tentang segalanya termasuk bagaimana perlakuannya selama ini bisa membuat putranya tumbuh begitu kejam.

Sang istri mengelus pundak suaminya perlahan, "Kita akan memperbaikinya.."

"Lalu selama ini, apakah kau mengetahui bahwa Davika itu adikmu?"

"Iya, aku mengetahuinya. Hanya saja.. aku tidak bisa secara gamblang menemuinya, karena itu menyangkut keselamatan kita semua." Pikirannya melalang buana mengingat pengakuan pertama sang Ayah bahwa dirinya benar memiliki seorang adik perempuan yang keberadaannya sangat disembunyikan.

Hingga tahun-tahun berlalu, mereka memantau Traipipattanapong dari balik layar. Bahkan ketika Davika masuk Rumah Sakit akibat pendarahan hebat.. mereka datang berkunjung secara diam-diam.

Dan ternyata disitulah Jake bertemu dengan Gulf.

Awal dari semuanya.

Jake yang selalu di abaikan menjatuhkan obsesinya kepada seorang bocah laki-laki pemilik dari senyuman manis.

Gulf Kanawut Traipipattanapong.

Ia baru mengetahuinya beberapa bulan belakangan, fakta bahwa anaknya telah melecehkan sang keponakan yang masih berusia 9 tahun sukses mengguncang jiwa.

"Aku akan menemui Davika bersama Ayah besok, kau ikut?"

Sang istri mengangguk, "Aku tidak bisa meninggalkan suamiku sendiri. Kita akan mempertanggungjawabkan semua kesalahan Jake."

Bagaimanapun juga mereka memiliki hubungan darah yang tidak bisa di putus begitu saja.

.
.
.

"Bagaimana keadaan Gulf?"

"Masih sama," Mew menyeruput Americanonya sembari memandang jalanan yang masih sepi.

Bright menggulung lengan kemejanya hingga ke siku, sedangkan Pond masih asik memainkan ponselnya.

"Kau terlihat seperti mayat hidup," komentar Bright kala melihat rambut-rambut halus di sekitar wajah Mew mulai menebal.

Mew dapat merasakan tubuhnya benar-benar berbeda, apalagi pola makannya sangat tidak teratur.

"Aku akan segera menjadi pria tua jelek jika Gulf tidak segera bangun."

"Berlebihan," cibir Pond. Mew terdengar sangat putus asa dan itu menggelikan.

Mereka bertiga sedang menikmati pagi hari menjelang matahari naik, Mew rasanya lupa bagaimana caranya tertawa akibat memikirkan semua masalah yang timbul ke permukaan.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang