52. Putusnya benang merah

7K 815 314
                                    

Suatu hari, izinkan aku menemuimu bersama senyuman mengiringi langkah serta pelukan sebagai penutup akhir dari cerita.

•••

Jangan memberi kesempatan lagi untuk mereka yang telah berkhianat.

Ada banyak orang yang mengatakan hal tersebut secara gamblang, dan Gulf juga pernah menjadi salah satu bagian darinya. Perihal benci dan juga dendam yang secara tidak langsung mulai mengambil alih diri.

Pandangannya menangkap satu sosok yang kini sedang tertidur beralaskan pahanya, ia lupa.. lupa sudah berapa lama tidak merasakan perasaan lega seperti sekarang.

Tidak ada cemas.

Tidak ada rasa takut.

Dan juga rindu..

Mengakui dalam diam bahwasannya memaafkan tidak harus diminta, karena waktu sudah menentukan segalanya.

"Maafkan aku," sudah bangun ternyata.

Gulf diam, namun telinganya mendengar tanpa bantahan.

"Maaf untuk semuanya, aku tidak akan melakukan pembelaan atau meminta apapun lagi. Setelah ini.. hiduplah dengan bahagia karena aku akan melepaskan kalian." Mew menatap foto pernikahan mereka yang telah ia pajang kembali, di rumah mereka.

Entah bagaimana caranya mereka bisa kembali bertemu di dalam rumah ini, rumah yang sempat Gulf benci setengah mati namun tidak menolak fakta bahwa ia juga merindu tentang segala kenangan yang berada di dalamnya.

"Gulf.. ayo berpisah."

Pada dasarnya manusia memang dianjurkan berjuang demi menebus kesalahannya, namun setelah lama berkutat dengan keinginan akhirnya Mew mulai menemukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan tanpa harus memaksa Gulf untuk memberinya maaf.

Ini adalah titik terakhir dari perjuangan, mengembalikan semuanya kepada sang pemberi keputusan.

Gulf tidak salah ketika merasakan celana bahannya mulai basah.

Mew menangis dalam diam, sembari melabuhkan satu kecupan di perutnya.

Untuk yang pertama, juga yang terakhir kalinya.

.
.
.

"Mew, bagaimana?" Yaya memandang putranya sendu.

Yang di lihat hanya menampilkan senyum pasrah, sejak awal.. ini memang sudah menjadi resiko.

"Gulf tetap pada pendiriannya, ingin bercerai. Aku akan melepas tanggung jawab perusahaan setelah menampik isu simpang siur mengenai istriku lalu.. aku akan langsung menjalani masa hukuman di kampung nelayan, sesuai dengan perjanjian." Tangannya melepas cincin yang melingkar di jari manis juga kelingkingnya.

Menyimpannya dalam sebuah kotak, "Kakiku sudah lebih baik dari sebelumnya. Tidak perlu ada yang di khawatiran."

Mew bersimpuh, menumpu berat badannya diatas kaki yang masih terasa nyeri.

"Tolong maafkan aku."

James menyaksikan bagaimana tulusnya permintaan maaf dari seseorang yang telah dengan teganya menyakiti anaknya.

Menyakiti putranya yang telah berkorban.

Tidak banyak orang di dunia ini yang mau mengakui kesalahan mereka lalu berusaha keras untuk memperbaiki diri meski dalam keterbatasan fisik.

Mew Suppasit Jongcheveevat.

James tidak pernah salah dalam memilih pasangan untuk anaknya.. dan perlu di ingat, manusia tidak pernah bisa memprediksi masa depan.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang